Bos OJK Kasih Pesan Begini Buat Sektor Jasa Keuangan

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (kiri) saat membuka RDKB Juli 2024 secara virtual, kemarin.
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92,6 FM-Kinerja perekonomian nasional masih cukup positif dan cenderung stabil, dengan tingkat inflasi yang terjaga serta berlanjutnya surplus neraca perdagangan.

Namun, OJK memberikan tanda-tanda berlanjutnya tren penurunan harga komoditas yang telah memoderasi kinerja ekspor di tengah kondisi pasar keuangan global yang bergerak dinamis.

Oleh karena itu, sektor jasa keuangan dalam negeri tetap perlu mencermati faktor-faktor risiko yang ada.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan sampai dengan Juli 2024, kinerja sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga stabil. Pernyataan itu disampaikan pada konferensi pers RDKB Juli 2024 secara virtual, Senin (5/8).

Menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah tensi perang dagang dan geopolitik global masih terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika politik di AS menjelang pemilihan presiden di November tahun ini.

Selain itu, perkembangan terkini terkait kondisi geopolitik global di Timur Tengah dan Ukraina juga belum menunjukkan tanda-tanda akan membaik.

“OJK tetap mewaspadai faktor-faktor risiko yang berpotensi memengaruhi sektor jasa keuangan ke depan, yaitu downside risk dari pelemahan perekonomian Tiongkok, tensi geopolitik yang masih sangat dinamis serta fluktuasi harga komoditas ekspor utama. Karena itu, lembaga jasa keuangan agar tetap mencermati faktor-faktor risiko tersebut,” kata Mahendra.

Lebih lanjut Mahendra menjelaskan, perekonomian global secara umum terlihat melemah dengan inflasi termoderasi secara broad based di tengah penurunan inflasi Amerika Serikat dan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga kebijakan Bank Central Amerika sebanyak dua atau tiga kali di sisa 2024.

“Di Eropa, indikator kebijakan pada pertemuan Juli 2024 menunjukkan bahwa perekonomian terus melemah sehingga Bank Central Eropa menahan suku bunganya. Begitu juga di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi melambat didorong melemahnya permintaan domestik di sektor properti sehingga pemerintah dan Bank Central Tiongkok terus mengeluarkan stimulus fiskal,” pungkasnya. (Bud)