Belantara Foundation Ajak Mitra Sektor Swasta Jepang Partisipasi Aksi Iklim lewat Tanam Pohon di Tahura Sultan Syarif Hasyim, Riau

Belantara Foundation bekerja sama dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim mengajak mitra sektor swasta jepang menanam bibit pohon secara simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim, Provinsi Riau pada Rabu, (21/08). (Foto Dok. Belantaraย Foundation)
Ikuti Kami di Google News

Riau, Idola 92.6 FM – Belantara Foundation bekerja sama dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim serta pemangku kepentingan setempat mengajak mitra sektor swasta jepang, yaitu Vanfu melakukan penanaman bibit pohon secara simbolis di kawasan Tahura SSH, Provinsi Riau pada Rabu, (21/08).

Penanaman simbolis yang didukung oleh APP Japan Ltd. – APP Group ini, secara khusus diselenggarakan dalam rangka menyemarakkan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati pada 10 Agustus setiap tahunnya. Jenis bibit pohon yang digunakan adalah balangeran (Shorea balangeran). Jenis tersebut termasuk dalam kategori pohon langka yang perlu dilestarikan.

Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menerbitkan Laporan Sintesis atas Laporan Penilaian Keenam mengenai situasi iklim terkini pada tahun 2023. Dalam laporan tersebut memperingatkan bahwa pemanasan global di abad ini telah mencapai 1,1 derajat celcius dan akan melampaui batas 1,5 derajat celcius jika tidak ada penurunan drastis pada emisi gas rumah kaca (GRK). Bagi banyak negara, perubahan iklim telah terlihat dan seringkali melanda masyarakat yang paling rentan.

Belantara Foundation bekerja sama dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim mengajak mitra sektor swasta jepang menanam bibit pohon secara simbolis di kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim, Provinsi Riau pada Rabu, (21/08). (Foto Dok. Belantaraย Foundation)

Seiring berjalannya waktu, masyarakat di seluruh dunia semakin khawatir dengan dampak perubahan iklim. Akan tetapi, penyebaran pengetahuan tentang lingkungan hidup dan perubahan iklim yang tidak merata telah menghambat beberapa upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, dalam siaran persnya, mengatakan, saat ini dunia sedang menghadapi krisis lingkungan yang dikenal sebagai triple planetary crisis, yang meliputi perubahan iklim, polusi dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati. Sudah banyak studi membuktikan bahwa perubahan iklim menjadi salah satu penyebab kehilangan keanekaragaman hayati global. Oleh karenanya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim perlu diselaraskan dengan aksi-aksi lain untuk mencegah polusi dan hilangnya keanekaragaman hayati. Salah satu aksi kecil namun berdampak besar adalah menanam dan merawat pohon, karena dapat membantu mengatasi triple planetary crisis secara paralel.

โ€œSesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan mengajak mitra sektor swasta dari Jepang untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatraโ€, kata Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan. (her)