Semarang, Idola 92.6 FM – Kontribusi konsumsi rumah tangga yang merupakan penyokong terbesar produk domestik bruto terus melorot akhir-akhir ini. Pemerintah dan swasta pun bekerja sama dengan meluncurkan program ”Belanja di Indonesia Saja” untuk meningkatkan pendapatan domestik dan menjaga devisa tetap di dalam negeri.
Dilansir Kompas.id (01/09), Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan domestik dengan menjaga agar devisa tetap berada di dalam negeri. Caranya, mendorong masyarakat agar lebih memilih ”Belanja di Indonesia Saja” untuk produk bermerek global, apalagi produk lokal dan produk UMKM. Sehingga, semua bisa tumbuh dan berkembang.
Program ini tak hanya ajakan belanja untuk warga negara Indonesia tetapi juga wisatawan mancanegara. Mereka diharapkan tak hanya berwisata di tanah air tetapi juga berbelanja di Indonesia. Dengan demikian, gerakan ”Belanja di Indonesia Saja” tidak hanya berperan dalam memperkuat perekonomian nasional melalui peningkatan daya beli local tetapi juga menjaga stabilitas devisa,b mendorong perkembangan produk lokal dan UMKM, serta mempromosikan potensi produk Indonesia pada dunia.
Lalu, bagaimana mendorong “Gerakan Belanja di Indonesia Saja” untuk menggairahkan daya beli masyarakat yang terus melorot akhir-akhir ini? Apa pula stimulus/ insentif agar gairah belanja masyarakat kembali? Faktor lain apa yang diperlukan jika melorotnya tingkat daya beli masyarakat ini dikaitkan dengan menurunnya income masyarakat?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Dewan Pembina Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Handaka Santosa. (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: