Semarang, Idola 92.6 FM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, ada berbagai tantangan pertumbuhan ekonomi di tahun 2025. Sejumlah tantangan ini perlu segera diantisipasi semua pihak termasuk otoritas pasar modal.
Hal itu disampaikan Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Aditya Jayaantara dalam Konferensi Pers Peresmian Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2024, di Jakarta, Senin (30/12) lalu. Dari analisis OJK, pertumbuhan ekonomi tahun 2025 akan dihadapkan dengan: tren inflasi, suku bunga bank sentral, ketegangan geopolitik, hingga kebijakan ekonomi proteksionis Amerika Serikat.
Meski begitu, menurut kalkulasi OJK, tingginya ketidakpastian pasar global tidak hanya berdampak pada perekonomian Indonesia melainkan juga banyak negara lainnya. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil.
Selain itu, OJK juga menyebut pasar modal Indonesia menunjukkan resiliensi yang positif di tengah tantangan global di tahun 2024. Ia juga tak menampik, fundamental pertumbuhan ekonomi Indonesia turut ditopang gelaran Pemilu yang berlangsung tahun ini.
Aditya menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tercatat di level aman, yakni 4,95% secara tahunan (year-on-year). Hingga kuartal III tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil.
Lalu, bagaimana menatap berbagai tantangan perekonomian menyongsong tahun 2025? Bagaimana pula proyeksi ekonomi ke depan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Prof Rahma Gafmi (Ekonom/Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya) dan Yusuf Rendy Manilet (Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: