Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam beberapa waktu belakangan, bencana banjir bandang dashyat melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Mulai dari Sukabumi di Jawa Barat, Sumbawa di Nusa Tenggara Barat, hingga Grobogan dan Karanganyar Demak Jawa Tengah.
Berdasarkan pengamatan BPBD setempat, banjir bandang dipicu sejumlah faktor. Mulai dari tingginya intensitas curah hujan, banyaknya lahan tandus akibat penebangan liar—sehingga mengurangi cakupan dan intensitas penyerapan air tanah dan lemahnya infrastruktur pengaman tebing dan tanggul di wilayah daerah aliran sungai (DAS). Hal itu ditambah dengan parahnya sedimentasi sungai.
Maka, bagaimana cara mengantisipasi dan menghindari fenomena ‘black swan’ seperti banjir bandang dan tornado? Sudahkah, risiko-risiko seperti itu dikalkulasi dalam perencanaan dan eksekusi pembangunan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Dr Erma Yulihastin (Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)), Dr. Djoko Suwarno (Pengamat Lingkungan dan Rektor Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) Sugeng Hartono, Sukoharjo), dan Abdul Ghofar (Pengkampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: