Semarang, Idola 92.6 FM – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden China, Xi Jinping, Sabtu (09/11) lalu. Dalam pertemuan itu, disepakati penguatan kemitraan strategis antara Indonesia dan China. Prabowo juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Jinping atas sambutan yang istimewa mengingat pertemuan ini berlangsung di akhir pekan.
Pertemuan kali ini menjadi kesempatan bagi kedua pemimpin untuk mempererat hubungan Indonesia-China yang telah berjalan selama beberapa abad. Presiden Prabowo pun menggarisbawahi bahwa China tidak hanya dipandang sebagai kekuatan besar dunia tetapi juga sebagai peradaban besar yang telah lama terjalin dengan Indonesia.
Prabowo menegaskan bahwa dalam konteks geo-politik dan geo-ekonomi saat ini, kemitraan yang erat antara Indonesia dan Tiongkok adalah sesuatu yang alami. Dalam pertemuan itu Presiden juga menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan hubungan bilateral dalam rangka kesejahteraan dan stabilitas di Asia.
Lalu, apa yang bisa dibaca dari lawatan Presiden Prabowo, yang memilih singgah dulu ke China baru kemudian ke Amerika Serikat? Apakah hanya karena alasan geografis, bukan urutan prioritas? Bagaimana posisi Indonesia saat ini dalam geopolitik dan dunia yang multipolar ini?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Prof. A. Eby Hara (Pengamat Hubungan Internasional dari FISIP Universitas Jember) dan Ahmad Khoirul Umam, PhD (Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy, Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, PhD).ย (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: