Semarang, Idola 92.6 FM – Seorang peserta program pendidikan dokter spesialis anastesi di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro meninggal dunia. Diduga penyebab meninggalnya karena dipicu oleh tekanan dan perundungan selama menjalani studi.
Polisi saat ini tengah mengusut kasus tersebut dan mendalami adanya dugaan perundungan (billying) terkait kematian korban. Sementara, menyikapi insiden itu, Kementerian Kesehatan juga memberhentikan sementara prodi anastesi FK Undip di RSUP Kariadi sebagai bagian dari investigasi atas kasus yang terjadi.
Dalam surat edaran yang diteken Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dr Azhar Jaya, pemberhentian program tersebut dilatarbelakangi oleh proses investigasi dari tim inspektorat jenderal untuk melakukan penelusuran kegiatan perundungan.
Sebelumnya, seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, meninggal dunia diduga bunuh diri di tempat indekosnya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang. Kematian korban berinisial AR tersebut diduga berkaitan dengan perundungan di tempatnya menempuh pendidikan.
Lalu, berkaca dari kasus ini dan kasus-kasus bullying sebelumnya, apa sesungguhnya akar dari masalah bullying? Mesti dimulai dari mana kalau kita ingin anak-anak bersikap baik kepada teman dan sesamanya? Lalu, secara kuratif bagaimana cara menghentikan kasus bullying yang tidak kunjung mereda ini? Adakah korelasinya dengan peran keluarga, pada saat mereka masih kecil?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Prof Alimatul Qibtiyah (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan juga sebagai komisioner Komnas Perempuan) dan Ika Herani, S.Psi., MSi. (Psikolog Universitas Brawijaya Malang). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: