Angka Penduduk Miskin di Jateng Turun, dan Paling Banyak Terjadi di Wilayah Perdesaan

BPS Jateng
BPS Jateng. (Photo/Istimewa)
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92,6 FM-Angka kemiskinan di Jawa Tengah turun dalam setahun terakhir.

Kemiskinan Jateng turun sebesar 0,30 persen, dari 10,77 persen pada Maret 2023 menjadi 10,47 persen di Maret 2024.

Pj Gubernur Nana Sudjana mengatakan berdasarkan rilis BPS Jateng menyebutkan jika persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,30 persen. Dari 10,77 persen pada Maret 2023 menjadi 10,47 persen pada Maret 2024. Hal itu dikatakan saat ditemui di kantornya, kemarin.

Nana menjelaskan, hingga Maret 2024 kemarin jumlah penduduk miskin di Jateng tercatat sebanyak 3,70 juta orang.

Jumlah tersebut turun sebanyak 87,20 ribu orang jika dibandingkan Maret 2023, yang mencapai 3,79 juta orang.

Menurut Nana, ditinjau dari tempat tinggalnya maka jumlah penduduk miskin di perdesaan turun sebesar 101,02 ribu orang atau dari 1,97 juta menjadi 1,87 juta orang.

Sementara di perkotaan dari 1,82 juta orang menjadi 1,83 juta orang.

Persentase penduduk miskin perdesaan turun 0,53 persen dari 11,87 persen menjadi 11,34 persen, dan di perkotaan turun 0,07 persen dari 9,78 persen menjadi 9,71 persen.

“Selama ini terkait dengan masalah kemiskinan, kita berkoordinasi dengan BPS atau Bank Indonesia maupun dengan Bulog serta dengan instansi terkait lainnya. Dalam hal penanganan kemiskinan, langkah-langkah yang terus kami lakukan adalah tetap menjaga stabilitas ekonomi,” kata Nana.

Lebih lanjut Nana menjelaskan, dalam upaya penanganan kemiskinan tidak dapat dilakukan pemerintah tapi perlu adanya kolaborasi dengan pihak swasta dan lembaga sosial.

Beberapa upaya yang perlu ditingkatkan di antaranya menjaga stabilitas harga, pertumbuhan perekonomian yang positif dan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat miskin terutama miskin ekstrem.

“Ini harus dilakukan dengan tepat sasaran, jangan sampai salah sasaran. Kita juga harus rajin ikuti perkembangan dan turun ke lapangan, serta mengantisipasi perubahan-perubahan ekstrem yang berdampak pada kehidupan sosial kemasyarakatan,” pungkasnya. (Bud)