Tiga Subsektor Ini Yang Bikin Nilai Tukar Petani di Jateng Naik

Seorang petani sedang membajak sawah
Seorang petani sedang membajak sawah
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92,6 FM-BPS Jawa Tengah mencatat, nilai tukar petani di provinsi ini, pada September 2023 kemarin sebesar 113,33.

Nilai tukar petani mengalami kenaikan 2,36 persen, bila dibanding pada Agustus 2023 yang hanya sebesar 110.71.

Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan kenaikan nilai tukar petani disebabkan kenaikan indeks harga yang Diterima petani sebesar 2,67 persen, lebih cepat dibanding kenaikan indeks harga dibayar petani sebesar 0,30 persen. Hal itu disampaikan melalui siaran pers secara daring, kemarin.

Dadang menjelaskan, terdapat tiga subsektor yang mengalami kenaikan nilai tukar petani.

Yakni subsektor tanaman pangan sebesar 5,43 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,28 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,22 persen.

Dari seluruh provinsi di Indonesia, kenaikan nilai tukar petani tertinggi ada di Sulawesi Barat sebesar 4,17 persen dan penurunan NTP terbesar terjadi di DKI Jakarta sebesar -1,40 persen.

“Pada September 2023 komoditas pertanian yang mengalami kenaikan harga antara lain gabah, jagung, ketela pohon, salak, wortel, kol/kubis, tembakau, tebu, itik manila, bandeng, udang payau, teri dan layur. Subsektor yang mengalami penurunan nilai tukar adalah subsektor hortikultura sebesar -4,68 persen dan subsektor peternakan sebesar -1,28 persen,” kata Dadang.

Lebih lanjut Dadang menjelaskan, komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain kacang hijau, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, bawang daun dan petai.

“Nilai tukar usaha pertanian Jawa Tengah pada September 2023 tercatat sebesar 115,01 atau naik sebesar 2,57 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya sebesar 112,13,” pungkasnya. (Bud)