Tiga Negara Ini Masih Jadi Tujuan Utama Ekspor Nonmigas Asal Jateng

Jateng kirim komoditas ekspor
Pemprov Jateng kirim komoditas ekspor di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92,6 FM-Ekspor nonmigas asal Jawa Tengah pada Agustus 2023, mengalami kenaikan bila dibandingkan bulan sebelumnya.

BPS Jateng mencatat, nilai ekspor nonmigas dari provinsi ini pada Agustus 2023 mencapai US$ 847,16 juta dan mengalami kenaikan sebesar US$ 13,43 juta atau 1,61 persen dibanding Juli 2023.

Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan tujuan utama ekspor nonmigas provinsi ini masih dikuasai tiga negara, yakni negara-negara maju dan berpendapatan cukup besar di dunia. Hal itu dikatakan melalui siaran pers secara daring, kemarin.

Dadang menjelaskan, ketiga negara tujuan ekspor nonmigas terbesar asal Jateng pada Agustus 2023 adalah Amerika Serikat dan Jepang setta Tiongkok.

Nilai ekspor nonmigas Jateng ke Amerika Serikat senilai US$ 325,41 juta, kemudian Jepang sebesar US$ 82,50 juta dan Tiongkok mencapai US$ 54,48 juta.

Menurut Dadang, kontribusi ketiga negara tersebut terhadap nilai ekspor nonmigas Jateng sebesar 53,49 persen selama Januari-Agustus 2023.

Peningkatan terbesar nilai ekspor nonmigas Agustus 2023 terhadap Juli 2023 pada sepuluh komoditas utama, terjadi pada komoditas kayu dan barang dari kayu naik US$ 6,86 juta.

Selain itu juga pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan) sebesar US$ 1,33 juta, dan barang dari bulu unggas serta bunga artifisial dan wig sebesar US$ 0,06 juta.

“Untuk pangsa ekspor nonmigas didominasi ke negara Amerika Serikat, kemudian kedua adalah Jepang dan ketiga ke Tiongkok. Ekspor ke negara ASEAN 6,79 persen, dan ke Uni Eropa 11,31 persen,” kata Dadang.

Lebih lanjut Dadang menjelaskan, volume ekspor komoditas nonmigas mengalami penurunan sebesar 0,78 persen dari 314,49 ribu ton pada Juli 2023 menjadi 312,03 ribu ton pada Agustus 2023.

Volume ekspor nonmigas naik 14,16 persen dari 273,32 ribu ton pada Agustus 2022, menjadi 312,03 ribu ton pada Agustus 2023.

“Komoditas yang mengalami penurunan adalah barang dari kulit samak sebesar US$ 11,29 juta, pakaian dan aksesorinya (rajutan) sebesar US$ 8,67 juta serta alas kaki sebesar US$ 2,96 juta,” pungkasnya. (Bud)

Artikel sebelumnyaMotivasi Siswa Menulis Kreatif, YPP Al Hadi Girikusuma Gelar Diskusi Sastra
Artikel selanjutnyaKebakaran di Lereng Lawu Masih Terus Diupayakan Pemadaman