Ende, Idola 92.6 FM – Lulus program Diploma 3 Kebidanan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya pada Tahun 2016, sosok satu ini pulang untuk mengabdi ke kampung halamannya. Ia pun kemudian melamar pekerjaan sebagai tenaga honorer.
Setelah itu, ia pun rutin memeriksa kesehatan ibu hamil di sejumlah desa di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga pada tahun 2017, dia dikontrak sebagai bidan di Desa Uzuzozo.
Sosok bidan berdedikasi ini adalah Theresia Dwiaudina Sari Putri, bidan dan pejuang kesehatan dari Desa Kekandere Kecamatan Nangapanda Nusa Tenggara Timur.
Lantaran lokasinya yang terpencil dan akses masuk yang sulit, tak banyak tenaga kesehatan yang mau bertugas di Uzuzozo. Ketika dia pertama kali datang, semua ibu hamil di Uzuzozo melahirkan dengan bantuan dukun beranak dan sebagian besar anak-anak mengalami stunting.
Namun, Dinny—panggilan akrab Theresia Dwiaudina Sari Putri, berhasil mendorong perubahan. Saat ini, semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan ke bidan dan melahirkan di fasilitas kesehatan.
“Saya sudah enam tahun lebih. Ya jadi kayak perkembangannya memang sudah banyak. Puji Tuhan, mungkin walau waktu itu dengan 5 persen, sekarang saya bisa jamim hampir 85-90 persen. Sudah maintenancenya, siklus kesehatan, SDM masyarakat sudah mulai paham tentang kesehatan, sudah ada falisiatas kesehatan yang mereka perlukan, bahkan pelayanannya kan dari rumah ke rumah, jadi tidak mungkin tidak terjangkau,”tutur Dinny kepada radio Idola Semarang,pagi (13/11) tadi.
Atas perjuangannya untuk ibu hamil dan anak, bidan Dinny meraih SATU Indonesia Awards 2023 bidang kesehatan.
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Theresia Dwiaudina Sari Putri, Pejuang kesehatan dari Desa Kekandere Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: