Semarang, Idola 92,6 FM – Pendidikan dinilai bukan hanya soal mengajarkan, melainkan juga menumbuhkan pola pikir edukatif seperti belajar tanpa henti, mengolah rasa, kedewasaan berpikir dan bertindak, serta memahami orang muda berdasarkan pendekatan humanis. Hal itu menjadi beberapa ‘praktik baik’ dalam pendidikan kontekstual karena adaptif.
Hal ini diuraikan oleh Odemus Bei Witono SJ dalam buku terbarunya yang berjudul: Inspirasi Pendidikan Masa Kini. Dilansir Kompas.id (20/12/2023), Odemus menyebut, Kemendikbudristek—dengan kebijakan Kurikulum Merdeka dan program Sekolah Penggerak, berupaya meningkatkan kualitas pendidikan yang berkualitas. Keluh kesah beban administratif guru dalam mengajar terasa terobati dengan adanya program ini.
Namun, hal ini perlu sosialisasi secara masif guna menjangkau daerah-daerah terdekat ataupun terjauh dari pusat pemerintahan karena masih banyak guru yang gagap. Dalam merdeka belajar, Kurikulum 2013 dapat disederhanakan menjadi bahan ajar yang menarik dan menginspirasi.
Lalu, apa dan bagaimana sesungguhnya praktik pendidikan kontekstual? Dapatkah pendidikan kontekstual menjadi salah satu alternatif approach yang memperkaya metode pendidikan kita yang sedang menyongsong Indonesia Emas 2045?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Muhamad Abduh Zein (Praktisi pendidikan) dan Dr Jejen Musfah, M.A (Pengamat pendidikan/ Wasekjen PB PGRI). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: