Semarang, Idola 92.6 FM – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI mewanti-wanti dampak pelemahan ekonomi global mulai terasa ke Indonesia. Hal itu tecermin dari penurunan harga komoditas dan kinerja ekspor impor di Agustus 2023 yang menurun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor Agustus 2023 tercatat US$22 miliar atau terkontraksi 21,21% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu terutama karena didorong oleh penurunan ekspor semua sector. Sementara itu, impor tercatat US$18,88 miliar atau terkontraksi 14,77% (yoy) terutama bersumber dari penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal.
Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu, dampak penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global terutama dari negara mitra dagang utama Indonesia, mulai dirasakan pada kinerja perdagangan.
Febrio menyebut, penurunan kinerja ekspor tidak hanya dialami Indonesia melainkan juga terjadi di banyak negara, akibat melemahnya aktivitas ekonomi dunia. Ekspor Tiongkok, India dan Vietnam terkontraksi selama Januari-Agustus 2023. Sementara Malaysia dan Thailand mengalami kontraksi pada periode Januari-Juli 2023. Hal ini, menurut Febrio, menunjukkan bahwa dampak perlambatan ekonomi global terjadi secara luas.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Langkah mitigasi apa yang mesti dilakukan Pemerintah dalam upaya “membendung dampak” pelemahan ekonomi global ke Indonesia?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Eko Listiyanto (Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)) dan Adhi S Lukman (Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: