Samarinda, Idola 92.6 FM – Bertekad memperbaiki kualitas sungai Karang Mumus yang membelah Kota Samarinda Kalimantan Timur, sosok satu ini rela memunguti sampah yang memenuhi sungai. Tak hanya bersih-bersih sungai, ia pun mendirikan Sekolah Sungai dan mendirikan Gerakan Memungut Sehelai Sampah (GMSS).
Sosok itu adalah Misman, aktivis lingkungan dari Samarinda Kalimantan Timur. Sejak tahun 2005 lalu, Misman sendirian merawat sungai Karang Mumus yang menjadi sumber kehidupan manusia dan makhluk Tuhan lainnya.”Jadi saya merawat sungai Karang Mumus itu sebenarnya yang saya rawat bukan sungainya, tetapi kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sebagai sumber kehidupan manusia dan makhluk Tuhan lainnya,”tutur Misman kepada radio Idola, pagi (08/06) tadi.
Menurut pria yang sebelumnya menjadi wartawan tv lokal tersebut, kebetulan bahan baku pokok air di Samarinda adalah dari sungai. Jadi sungai sudah seharusnya dirawat, dan bukan malah dijadikan tempat pembuangan sampah.”Jadi sungai itu dijadikan mal, big mal. Big mal itu segala macam produk ada di situ, mau tempat tidur, spring bed, ban sepeda motor, pampers, BH ada di situ,”jelas peraih penghargaan Kalpataru 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kategori perintis lingkungan.
Meski pada awalnya Misman bekerja sendirian, tapi mulai 2016, gerakan memungut sampah dari sungai Karang Mumus didukung berbagai pihak, baik perorangan, kelompok dan dari pemerintah setempat.
Menurut Misman, sungai itu wajib ada, baik yang sempit ataupun lebar sesuai fungsinya.”Kalau diubah jadi kanal, 100 tahun lagi gak punya sumber air,”pungkasnya.
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Misman, aktivis lingkungan/Pendiri Sekolah Sungai dan Peraih Kalpataru 2023 dari Samarinda Kalimantan Timur. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: