Batam, Idola 92.6 FM – Prihatin atas kondisi hutan bakau yang semakin rusak di Kampung Tua Bakau Serip Pantai Kota Batam Kepulauan Riau, Gari Dafit Semet tergerak. Ia terdorong melindungi hutan bakau yang tersisa di Kampung Tua Bakau Serip.
Menurut Gari, hutan bakau ini pusaka kampungnya. Warisan leluhur. Kampung Tua Bakau Serip merupakan perkampungan adat orang Melayu yang merupakan warga asli Pulau Batam.”Dulu dijadikan tempat pembuangan sampah, tidak hanya di darat saja, dan kami tak punya tempat khusus pembuangan sampah. Masyarakat akhirnya buang sampah di pesisir itu (kampung kami),”cerita Gari kepada radio Idola, pagi (20/01) tadi, bagaimana awal mula merintis tempat wisata ini. Dari kampung ini, mereka bisa melihat langsung Singapura, dan Malaysia.
“Pertama kami bersihin sendiri dan keluarga, tapi gak mungkin membersihkan sendiri, kami merangkul masyarakat. Kami membentuk kelompok pokdarwis,”tambah Gari.
2018 masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan hutan mangrove yang kini menjadi hutan wisata dengan luas sekitar 7 hektar. Sementara kanan kiri, ada hutan lindung sekitar 100 hektar.”Dan bisa dibilang hutan kami adalah paru-paru kota Batam,”ungkap ayah tiga anak tersebut.
Jerih payah Gari dan tim, membuahkan hasil. Ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu Kampung Tua Bakau Serip Pantai Kota Batam Kepulauan Riau masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 dan menjadi Juara III desa wisata dengan suvenir terbaik dalam ADWI 2022.
Selengkapnya, mengenal Ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu Kampung Tua Bakau Serip Pantai Kota Batam Kepulauan Riau berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Gari Dafit Semet, pengelola Pandang Tak Jemu. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: