Semarang, Idola 92.6 FM – LBH Semarang bersama sejumlah media di Jawa Tengah berkolaborasi meluncurkan (launching) laporan jurnalistik bertajuk “Hitam Pekat Hidup Warga Jawa Tengah, Selasa (19/12/2023) di Saung Srawung Sareng Banyubiru Kabupaten Semarang. Laporan memotret masifnya pembangunan di Jawa Tengah yang berakibat pada pelanggaran hak warganya.
Acara diisi dengan diskusi publik dengan narasumber: Perwakilan Warga Rawapening, Andika (LBH Semarang) dan Aris Mulyawan (Perwakilan Tim Investigasi). Selain itu, acara juga dimeriahkan dengan penampilan grup musik Rewocakso, Wol, dan pembacaan puisi.
Dalam liputan kolaborasi ini, tim menyajikan 11 laporan mendalam (indepth news) dan satu laporan investigasi. Tim menyajikan data terkait dengan polemik revitalisasi danau Rawa Pening di Kabupaten Semarang. Diketahui, saat ini warganya berhadapan dengan penyerobotan lahan atas dasar pembangunan. Penyerobotan dilakukan negara melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Badan Pertanahan Nasional (BPN), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR) secara terstruktur sejak munculnya rencana revitalisasi 15 danau prioritas di Indonesia pada Perpres 60 Tahun 2021.
Dari laporan investigasi yang dilakukan para jurnalis, menunjukkan– untuk mempermudah proyek ini, diduga aparat TNI ikut terlibat yang kemudian membuat warga takut bersuara. Rencana terstruktur tersebut juga diimbangi dengan banyaknya manipulasi data di lapangan terkait kepemilikan lahan, pemetaan yang tak partisipatif, bahkan peta yang tak berdasar.
Sementara itu, dalam laporan mendalam, tim menyajikan berbagai isu soali isu HAM, kerusakan lingkungan, hingga perburuhan. Salah satu temuan menunjukkan, proses relokasi industri ke Jawa Tengah yang membawa segala infrastruktur dengan dalih pemulihan ekonomi rakyat justru semakin menyengsarakan.
Liputan pertama dimulai dari dampak pencemaran PT RUM di Kabupaten Sukoharjo yang saat ini sedang berjuang di proses class action. Kemudian, isu kedua tentang pertambangan di Kabupaten Pati dan Lereng Gunung Merapi Magelang yang masif sekali, baik itu olah penambang legal maupun illegal. “Sayangnya, atas fenomena ini, negara terkesan abai terhadap dampak yang menyengsarakan warga terdampak,” kata Andika dalam siaran persnya.
Menurut Andika, isu selanjutnya mengenai proyek-proyek infrastruktur di kantong-kantong kawasan industri contohnya Kota Semarang dan Kabupaten Kendal dengan adanya perluasan industri yang akan menggusur kawasan mangrove di pesisir. Termasuk, proyek tanggul laut Semarang-Demak yang dibangun secara tak partisipatif dan menambah beban rob daerah di luar kurva. Sehingga hal itu berdampak terhadap kesengsaraan rakyat dengan maraknya rob dan juga banjir di Semarang, Demak serta daerah sekitarnya.
“Dan, sayangnya respons pemerintah hanya melakukan pembangunan di hilir sedang hulu permasalahan tak tersentuh,” ujarnya.
Infrastruktur ini juga membawa pelengkap lain, pembangkit listrik. Maraknya isu pembangkit listrik energi terbarukan juga masif di Jawa Tengah. Dan sekali lagi, sangat disayangkan, “kampanye hijau” tersebut membawa dampak penyerobotan lahan dan minimnya partisipasi warga. Akibatnya, rencana pembangkit rendah karbon justru tinggi korban.
Kompilasi dari semua liputan ini kami rangkum dalam buku “Hitam Pekat Hidup Warga Jawa Tengah” untuk menggambarkan kepada publik bahwa Jawa Tengah tidak sedang baik-baik saja sebagaimana disampaikan oleh Gubernur yang sekarang sedang berkontestasi dalam pemilihan Presiden 2024.
“Harapannya dengan adanya liputan bersama ini adalah masyarakat mampu membaca lebih luas dan menjadi bahan menguatkan kesadaran politik masyarakat menuju 2024,” ujar Andika. (her)