Semarang, Idola 92.6 FM – Berdasarkan Jajak pendapat Kompas baru-baru ini, peran strategis partai politik kian minim gaungnya dalam kontestasi pemilu sekarang. Publik saat ini justru lebih cenderung memprioritaskan para kandidat, ketimbang partai politik.
Identitas kepartaian atau party ID pernah menjadi salah satu lokomotif penarik demokrasi saat peralihan dari era Orde Baru ke era Reformasi tahun 1999. Pada saat itu terjadi perubahan lanskap politik di sejumlah besar daerah yang ditandai dengan pergeseran pilihan partai pada Pemilu dari Partai Golkar ke PDI Perjuangan. Saat itu, PDI Perjuangan sukses menjadi kanal simbol perlawanan politik atas dominasi kekuasaan Orde Baru dan Pemerintahan Soeharto selama tiga dekade.
Lalu, melihat kondisi saat ini, masihkah parpol memiliki peluang memperkuat identitas partai? Kalau identitas kepartaian sebuah produk dihasilkan dari target pembeli yang dibidik plus positioningnya yang dilakukan secara konsisten: bagaimana dengan parpol? Kenapa parpol kurang memiliki identity (party ID)? Apakah karena dianggap kurang penting, atau karena kurang sadar arti pentingnya? Kalau sesama parpol sama sekali tidak memiliki differensiasi lalu bagaimana para pemilih bisa membedakannya?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Hurriyah (Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia (UI)) dan Ray Rangkuti (Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: