Semarang, Idola 92,6 FM – Kain lurik sudah melekat sebagai salah satu kain kerajinan asal Kabupaten Klaten.
Kain yang diproses secara tradisional dengan motif khusus itu, laris manis di pasaran hingga ke Malaysia.
Owner Lurik Rahmad, Lissa Ratna Dewi Wijayanti mengatakan bahwa usahanya pembuatan kain lurik sudah dimulai sejak 1953 silam. Hal itu dikatakan saat ditemui di rumahnya di Desa Kwarasan Beji, Pedan, Klaten belum lama ini.
Lissa merupakan generasi ketiga untuk melanjutkan usaha keluarga tersebut.
Menurut Lissa, produknya dipromosikan lewat media sosial
Bahkan, dirinya juga mempopulerkan brand baru dari motif lurik.
Lissa menjelaskan, hasilnya luar biasa dan lurik buatannya semakin dikenal luas masyarakat.
Bahkan, permintaan datang mulai dari dinas-dinas, warga di sejumlah daerah di Indonesia sampai Malaysia.
“Pertama kami buat inovasi kain lurik geretan, karena pembuatannya yang masih pakai alat tenun bukan mesin (ATBM) ditambah alat khusus dengan cara ditarik-tarik makanya kami namakan lurik geretan,” kata Lissa.
Lebih lanjut Lissa menjelaskan, produk kain lurik buatannya semakin dikenal dan penjualannya laris manis.
Pemesanan juga datang dari Toraja, Sulawesi dan Kalimantan.
“Harga kain lurik dari hanya Rp125 ribu per meter sekarang menjadi Rp200 ribu per meter. Tapi dengan kenaikan harga itu, kami juga tingkatkan kualitas,” jelasnya.
Kain lurik yang menjadi andalan buatannya sekarang ada 20 motif di antaranya produk motif klasik, bumi pertiwi, empat dimensi, gerbong kemulyan, panorama, Prambanan dan borobudur.
“Saat ini kami memiliki empat pabrik di lokasi yang berbeda,” pungkasnya. (Bud)