Semarang, Idola 92.6 FM – Bank Dunia memasukkan Indonesia lagi sebagai Negara Berpenghasilan Menengah Atas (upper middle income country) karena pertumbuhan ekonomi tanah air berada di atas 5 persen. Sebelumnya, Bank Dunia sempat menurunkan level Indonesia ke negara berpenghasilan menengah ke bawah karena pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam arahan pengantar Sidang Kabinet, Senin 3 Juli 2023. Meski begitu, Presiden mengingatkan masih banyak tantangan yang harus dihadapi Indonesia ke depan. Ia menyoroti paruh kedua tahun ini yang baru saja berlangsung.
Kalau, belajar dari Argentina yang sejak tahun 1980-an digadang-gadang akan menjadi negara maju tetapi malah terjebak ke dalam middle income trap akibat terlalu bergantung pada ekspor komoditas. Bagaimana dengan Indonesia? Mungkinkah hilirisasi atau industrialisasi yang sekarang sedang digalakkan oleh pemerintah akan menjadi road map pemerintahan mendatang, siapapun yang berkuasa? Bagaimana cara mengamankan atau memastikan, agar pemerintahan ke depan tidak kembali “jualan bahan mentah” seperti Argentina?
- Menyikapi Perbedaan Ukuran Garis Kemiskinan yang Direkomendasikan Bank Dunia dengan Ukuran Pemerintah
- Mencermati Hasil Penilaian Bank Dunia yang Menyebut Proyek Infrastruktur RI Berkualitas Rendah, Bagaimana Mestinya Pemerintah Memperbaiki Proyek Infrastruktur Ke Depan?
- Menakar Plus-Minus Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali, Seberapa Dampaknya Bagi Perekonomian Kita?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni Hendri Saparini, Ph.D, Founder & Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia. (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: