Semarang, Idola 92.6 FM – Kasus penganiayaan sadis terhadap David Ozora (17) yang dilakukan oleh Mario Dandy Prasetyo, anak pejabat Ditjen Pajak berbuntut panjang. Tak hanya terkait aspek hukum si Mario, kasus ini juga membuat sebagian masyarakat kecewa terhadap integritas Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.
Dari insiden penganiayaan itu, terungkap, pelaku sering pamer gaya hidup mewah dan ugal-ugalan di media sosial. Kekayaan ayahnya, Rafael Alun Trisambodo, sebanyak Rp 56 miliar juga ditengarai tidak wajar. Atas kasus ini, per Jumat (24/02) lalu, Rafael dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Bagian Umum Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kemenkeu Kanwil Jakarta Selatan II oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Tak sampai di situ, harta fantastis dan tingkah laku keluarga pejabat pajak itu menimbulkan gejolak lain di masyarakat. Muncul protes atau seruan anti bayar pajak di media sosial.
Beberapa netizen menulis cuitan di twitter, misalnya:
“Rumah yg bayar pajak gk semewah dan sebanyak pejabat yg gk bayar pajak,” cuit @lxxnjaem, Sabtu, 25 Februari 2023. Cuitan tersebut menanggapi foto rumah mewah Rafael Alun yang beredar di Twitter.
Ada lagi warganet lainnya yang mengkritik pemerintah. “Well, the point of the cuitan warga itu bukan soal gamau bayar pajak. Tapi ada banyak masyarakat yg utk bayar pajak aja terseok2. Tapi, pegawai pajaknya sendiri hidup mewah, dan menghindar dr pajak. Cuitan itu bentuk kritikan kpd pemerintah,” cuit @dreamfordreamis.
Lalu, sebenarnya seberapa masif dampak kasus Rafael dan seruan semacam ini ke penerimaan negara dari pajak nantinya?