Semarang, Idola 92.6 FM – Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada aspek kesehatan dan ekonomi yang begitu dahsyat bagi seluruh penduduk dunia termasuk di Indonesia. Dampak lain yang tak kalah berbahayanya pasca Pandemi Covid-19 adalah dampak penurunan kemampuan belajar (learning loss) anak-anak.
Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan Bank Dunia yang membandingkan data pembelajaran siswa kelas 4; sebelum pandemi (pada tahun 2019) dan setelah pandemi (pada tahun 2023) di sekolah-sekolah yang mengalami penutupan. Kita ketahui, akibat pandemi, pemerintah terpaksa menerapkan penutupan wajib terhadap lembaga-lembaga pendidikan selama sekitar 650 hari atau lebih dari 21 bulan.
Akibatnya, para siswa kelas 4 kehilangan keterampilan matematika mereka setara 11,2 bulan dan keterampilan bahasa setara 10,8 bulan jika dibandingkan dengan para siswa kelas 4 pada tahun 2019 sebelum pandemi. Para siswa yang berasal dari keluarga miskin bahkan mengalami tantangan yang lebih hebat lagi mereka kehilangan setara 18 bulan dan 27,2 bulan pembelajaran matematika dan bahasa yang berakibat melebarnya ketidaksetaraan hasil belajar antara rata-rata nasional dengan siswi dari keluarga miskin. Sehingga, tanpa adanya komitmen politik untuk memulihkan pembelajaran serta memulai serangkaian tindakan untuk menyelesaikannya, dikawatirkan hal ini akan menjadi sumber ketimpangan permanen di masa depan.
Mengingat begitu pentingnya mengatasi permasalahan penurunan kemampuan belajar (learning loss), maka upaya apa saja yang mesti kita lakukan? Bagaimana menstimulasi komitmen politik untuk pemulihan pembelajaran? Perlukah upaya menambah waktu belajar serta mengatasi ketidaksetaraan pembelajaran dengan menawarkan bantuan yang tepat bagi para siswa kurang mampu ataupun tertinggal?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Ki Darmaningtyas (Pengamat Pendidikan/ Pengurus Persatuan Keluarga Besar Taman Siswa), Fahmi Alaydroes (Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS), dan Dr Uswatun Hasanah (Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: