Semarang, Idola 92.6 FM – Salah satu indikator utama dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ialah laju pertumbuhan ekonomi. Ekonomi dikatakan bertumbuh, jika produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya dan menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat dalam periode waktu tertentu.
Namun persoalannya, sasaran pertumbuhan ekonomi yang tinggi belumlah cukup menjadi jaminan bahwa kesejahteraan masyarakat akan meningkat secara merata.
Oleh karena itu, sasaran pembangunan tidak hanya berhenti sampai dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja seperti yang selama ini dilakukan. Melainkan, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperhitungkan pemerataan pendapatan serta pengentasan kemiskinan dan pengangguran.
Lalu, bagaimana situasi pertumbuhan ekonomi kita saat ini, sudahkah berkualitas?
Ternyata, masih belum! Hal itu seperti dikatakan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani baru-baru ini. Menurutnya, tingginya capaian investasi tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja yang ada. Hal itu dikatakan Hariyadi Sukamdani dalam peluncuran Apindo Business & Industry Learning Center (ABILEC) Selasa (14/02) kemarin.
Menurut Haryadi, pertumbuhan ekonomi tidak berkualitas jika tidak dibarengi dengan serapan tenaga kerja. Alasannya, pertumbuhan ekonominya tinggi, investasinya tinggi tetapi tidak bisa memberikan lapangan kerja yang besar untuk rakyatnya.