Semarang, Idola 92.6 FM – “Pembangunan yang membahagiakan” memandang manusia sebagai aset. Sehingga, aspek ekonomi bukan satu-satunya parameter kebahagiaan masyarakat.
Negara-negara di dunia saling berlomba mengejar pertumbuhan ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan warganya. Namun, besarnya pendapatan, pendidikan yang baik, dan tingginya kualitas layanan kesehatan nyatanya tidak serta merta membahagiakan masyarakat. Karena kebahagiaan masyarakat dipengaruhi banyak hal, bukan hanya ekonomi semata.
Situasi ini juga tergambar dalam Indeks kebahagiaan Indonesia 2021. Provinsi-provinsi dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tinggi justru memiliki nilai kebahagiaan yang relatif rendah. Sebaliknya, provinsi yang dianggap lebih miskin, pendidikan kurang, dan usia harapan hidup rendah justru lebih bahagia.
Lalu, bagaimana memahami konsep kebahagiaan? Apa itu bahagia—mengingat banyak orang yang merancukan, bahwa seolah kebahagian itu sinonim kesenangan? Apa saja sesungguhnya faktor-faktor penentu kebahagiaan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Johanes Eka Priyatma, Ph.D (Rektor Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (periode 2018-2022)) dan Dr Saifur Rohman (Ahli filsafat dan Budayawan dari Universitas Negeri Jakarta). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: