Amnesty International Indonesia Meminta Negara Usut Tuntas Kekerasan Berdarah di Bangkal Seruyan

Bentrok Polisi dan warga di Bangkal Seruyan
Photo/Istimewa

Kalteng, Idola 92.6 FM – Amnesty International Indonesia meminta negara mengusut tuntas kekerasan berdarah terkait konflik agraria di Bangkal Seruyan Kalimantan Tengah. Mereka juga meminta pihak berwenang menjalankan penyelidikan yang independen dan adil terkait tindakan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian.

Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menanggapi penggunaan kekerasan dan senjata api oleh aparat terhadap warga yang sedang bersengketa dengan perusahaan sawit di Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.

“Kami mengecam penggunaan kekerasan yang terjadi antara aparat negara dengan warga sipil terkait konflik agrarian yang kali ini terjadi di Seruyan sehingga menimbulkan korban jiwa dan korban luka-luka serta puluhan warga sempat ditangkap,” kata Usman dalam siaran persnya kepada radio Idola Semarang, Senin (09/10).

Amnesty juga menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban yang meninggal dalam insiden tersebut, dan ia berharap kesembuhan bagi mereka yang terluka. Usman mendorong pihak berwenang menjalankan penyelidikan yang independen dan adil untuk memastikan yang terjadi di Seruyan. Apakah ada tindakan aparat kepolisian yang tidak sesuai dengan protokol, standar internasional dan nasional tentang penggunaan kekuatan oleh penegak hukum?” ujarnya.

Ia meminta pemerintah mengadili dan hukum aparat-aparat yang terlibat dalam pengerahan kekuatan berlebihan terhadap warga di Seruyan hingga memakan korban jiwa dan luka-luka. Terutama, aparat yang memberi perintah “bidik di bagian kepalanya” yang jelas diarahkan kepada penduduk sipil.

“Kami juga mendorong semua pihak yang terlibat dalam konflik-konflik agraria, seperti yang terjadi di Seruyan, untuk mempertimbangkan kembali pendekatan mereka dan mencari solusi yang berkeadilan dan tidak merugikan masyarakat setempat. Selain di Seruyan, juga muncul konflik-konflik serupa di Pulau Rempang Batam, Nagari Air Bangis, Wadas, dan lain-lain,” katanya.

Menurut Usman, pendekatan konstruktif adalah satu-satunya cara untuk mengatasi konflik agraria yang mempengaruhi masyarakat lokal dan petani setempat, termasuk pelibatan bermakna masyarakat lokal yang terdampak perkebunan sawit di Seruyan.

Diketahui, berdasarkan informasi yang didapat dari sejumlah organisasi pendamping warga, satu orang tewas dan dua terkena luka tembak, serta 20 orang ditangkap saat kejadian di Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Sabtu (7/10/2023). Bentrokan itu terjadi menyusul rangkaian aksi protes warga Desa Bangkal yang dilakukan sejak 16 September 2023, yang menuntut hak mereka atas kebun plasma dengan sebuah perusahaan sawit.

Aksi warga dilakukan dengan menutup akses jalan masuk perusahaan. Karena tuntutan warga tidak dipenuhi oleh pihak perusahaan maka warga melakukan kegiatan blokade lahan area yang selama ini dituntut untuk diberikan kepada masyarakat.

Tanpa dasar dan pemicu yang jelas, aparat kepolisian yang berjaga di lokasi area perusahaan melakukan tindakan represif kepada warga yang berada di lokasi dengan menembakkan gas air mata dan diduga juga menggunakan peluru tajam.

Terdapat tiga orang warga yang terkena tembakan, dua orang mengalami luka berat dan satu orang meninggal dunia di lokasi. Korban yang tewas bernama Gijik, yang terkena tembakan di dada. Sedangkan salah seorang korban luka bernama Taufik Nurahman, terkena tembakan di pinggang dan tengah dalam kondisi kritis. Seorang lagi bernama Ambaryanto menderita luka di tangan dan kaki.

Dari peristiwa itu, polisi menangkap 20 orang warga Desa Bangkal dan membawa mereka ke Markas Polres Kotawaringin Timur pada Sabtu (7/10). Aksi terkait tuntutan warga agar perusahaan menyediakan lahan plasma saat itu sudah memasuki hari ke-23. Laporan media menyebutkan para warga yang sempat ditangkap polisi telah dibebaskan pada Minggu malam (8/10). (her/yes/tim)

Ikuti Kami di Google News