Semarang, Idola 92,6 FM – Suara berita di televisi yang menyiarkan breaking news kasus COVID-19 di Indonesia dan disampaikan Presiden Joko Widodo nyaris tidak terdengar, karena hiruk pikuk aktivitas di dapur milik Putri Isnaeni warga Randukuning di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Siang itu, Tri bersama seluruh karyawannya tampak sibuk karena harus segera memenuhi permintaan dari konsumen langganannya.
Putri Isnaeni pemilik Roti Sari Rasa tidak menyangka, jika kesibukannya pada hari itu menjadi yang terakhir pada awal Maret 2020. Badai pandemi COVID-19 melanda Indonesia, dan hampir seluruh roda perekonomian terimbas. Tidak terkecuali usahanya, yang pernah menjadi juara pertama tingkat Provinsi Jawa Tengah kategori kreasi roti pada 2017 lalu dan mewakili Jateng ke ajang nasional dan meraih juara ketiga.
”Awal 2020 kita mengalami gejolak yang luar biasa, karena kita bisnisnya di bidang roti hantaran dan katering. Pada saat itu, pada bulan maret itu kita sudah prepare untuk Lebaran ya. Pada saat itu bikin 1.500 boks paket Lebaran yang biasanya kami nitip ke took-toko satu Karesidenan Pati. Pada saat awal Korona masuk itu, kita engga ngeh dan masih ngisi ke toko-toko langganan,” kata Tri.
Menurutnya, pandemi COVID-19 yang datang itu membuat dirinya sebagai pelaku usaha kecil tidak siap. Dirinya hanya bekerja mengandalkan pesanan dari langganan, dan sudah merupakan rutinanitas. Saat usaha-usaha mulai kelimpungan akibat pandemi, dirinya sudah terlambat menyadarinya. Sehingga, usaha yang digelutinya tidak mampu menahan gempuran pandemi.
”Kita memang sempat curiga pada saat itu, banyak perusahaan besar pada ngisi ful ke gudang swalayan. Kita awal itu tidak mikir ada kondisi Korona masuk, sehingga kita produksi terus sampai 70 persen harapan kita saat puasa kita sudah tidak mikir produksi lagi. Dan ternyata, Korona masuk dan banyak gudang swalayan tutup kita engga bisa apa-apa,” jelasnya.
Sebagai pelaku usaha kecil, Tri Isnaeni tidak bisa berbuat banyak untuk menahan gempuran dampak pandemi. dirinya juga tidak bisa melihat karyawannya dirumahkan, meskipun usahanya tidak sedang baik-baik saja. Dirinya mencoba menyiasati keadaan, dan membuat jadwal giliran masuk bagi para karyawannya meskipun tidak banyak pekerjaan di dapur roti miliknya.
”Karyawan juga terus akhirnya bingung engga ada kerjaan, karena cancel semua. Tapi ada sih, Alhamdulillah pesenan dari hantaran nikahan walau tidak banyak. Jumlahnya juga engga banyak, dari biasanya sampai seribu boks menjadi kurang dari seratus boks. Dikerjakan anak-anak, dan untungnya buat anak-anak. Itu bertahan sampai hamper satu tahun, dengan pesanan yang datang sedikit-sedikit,” ujar Tri.
Tahun pertama pandemi terjadi, usaha Tri di ambang kebimbangan. Sebab, setiap mendekati momentum Lebaran itu dirinya sempat mengambil kredit untuk memenuhi pesanan. Namun, saat kredit jatuh tempo tiga bulanan dirinya tidak memegang uang sama sekali. Seluruh uangnya sudah diputar menjadi bahan baku roti, dan roti pesanan hanya menumpuk di gudang tidak laku terjual.
Menurutnya, satu-satunya jalan adalah menjual sebagian aset yang dimiliki untuk membayar kredit jatuh tempo dan pengembalian uang muka dari pesanan yang dibatalkan.
”Saya ada tanggungan mengembalikan utang yang jatuh tempo tadi, tapi saya engga ada uang engga pegang uang sama sekali. Apa yang bisa kita jual ya kita jual, kita promosikan semua asset yang ada. Ada mobil, ada rumah dan ada toko roti cabang kita itu semua dipromosikan biar laku terjual. Akhirnya yang laku duluan itu toko cabang, dan dibantu uang dari bapak. Apalagi, kita ada pesanan 16 ribu boks yang cancel dan harus mengembalikan uang DP-nya,” ucapnya.
Saat itu, kondisi keuangannya benar-benar minus dan usaha yang dirintisnya sudah tidak bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan keluarga. Pikirannya benar-benar berputar dan diajak kerja keras, agar usahanya tidak sampai jatuh serta tidak bisa diselamatkan.
Salah satu ide gila yang muncul di pikirannya adalah membuat surat kepada Gubernur Ganjar Pranowo, dan berkeluh kesah tentang persoalan usahanya. Surat yang dikirimkan ke gubernur menjadi harapannya, agar orang nomor satu di Jateng itu mampu memberikan solusi terbaik bagi dirinya.
”Aku nyurati Pak Ganjar, dan selang sehari itu langsung direspon. Jam 11 (siang) dibel sama gubernuran sana, ya antara percaya dan tidak. Dikasih tahu, kalau bapak itu katanya mau datang. Pak Ganjar datang itu langsung nanya-nanya soal produksi dan sebagainya, dan saya diminta tetap bersabar,” kenangnya.
Kehadiran orang nomor satu di Jateng ke rumahnya yang juga sebagai tempat usahanya itu, menjadi angin segar dan jawaban atas doanya selama ini. Sedikit tapi pasti, beberapa order pesanan roti maupun hantaran mulai datang dari langganan lama maupun pelanggan baru.
”Kita coba ramaikan di online tentang produk kita, kita posting di media sosial. Kita juga jemput bola, biar orang di rumah saja kita yang ngantar. Kita pakai jasa kurir yang memang sudah langganan, dan ada promo bagi pelaku usaha,” jelas Tri.
Sementara itu salah satu karyawannya, Winarsih mengaku bangga dengan majikannya yang tetap tegar dalam menghadapi cobaan. Dirinya mengaku sedih dan prihatin, ketika pandemi terjadi dan menggoyang usaha majikannya itu.
Winarsih menjelaskan, dirinya dan 14 karyawan lainnya tetap memberikan dukungan moril kepada majikannya dan bersama-sama berjuang menghadapi pandemi.
Menurutnya, sejak pandemi terjadi dan banyak order pesanan dibatalkan membuat usaha majikannya itu nyaris gulung tikar. Bahkan, jam kerja karyawan dibuat bergantian untuk tetap menggeliatkan usaha ketika ada pesanan masuk walau hanya sedikit.
”Waktu itu ya kita kena dampak juga, engga ada pesanan. Kalau ada pesanan ya dikit-dikit. Karyawan masuk kerja juga bergilir, piket dua orang secara bergantian,” ujarnya.
Sementara itu Head of Regional Jateng-DIY JNE Marsudi menyatakan, pihaknya sejak awal pandemi mencoba memberikan bantuan dan kemudahan kepada para pelaku UMKM. Bantuan yang diberikan berupa potongan ongkos kirim hingga 50 persen, sampai gratis ongkos kirim untuk meringankan beban pelaku UMKM selama masa pandemi.
”JNE selama masa pandemi yang awal-awal itu, sempat memberikan keringanan ongkos kirim maupun gratis ongkos kirim kepada pelaku UMKM. Kami siap mengirim hingga ke seluruh Indonesia,” ujar Marsudi.
Marsudi lebih lanjut menjelaskan, JNE juga memberikan kemudahan pelayanan kepada pelaku UMKM yang akan titip barang sebelum diantar ke pesan. Terutama, bagi pelaku UMKM kecil yang tidak memiliki gudang penyimpan barang persediaan.
”Biasanya orang berbisnis itu kan punya barang sedikit, tapi pas mulai ramai itu barang menumpuk di rumah sampai tidak muat lagi. Kami dari JNE bisa menjembatani dengan menyediakan Fullfillment, yaitu sistem pergudangan yang tersistem dalam informasi manajemen sistem,” jelasnya.
Layanan Fullfillment itu bisa diakses pelaku UMKM secara gratis, tapi ongkos kirim tetap dikenakan. Hal itu akan memudahkan pelaku UMKM, dan tinggal melakukan pengorderan layanan kiriman sesuai produk pesanan.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng Ema Rachmawati menjelaskan bahwa ketika pandemi terjadi itu pihaknya berupaya bergerak cepat melakukan pendataan kepada para pelaku usaha. Baik yang selama ini menjadi mitra binaan, maupun di luar mitra binaan.
Memang diakuinya, jika pandemi awal terjadi itu yang pertama terdampak adalah sektor usaha kuliner. Baik itu makanan olahan maupun minuman, karena bahan baku susah dicari dan harganya melambung tinggi.
”Saat itu kita terus melakukan pendataan, dan waktu mendata ternyata yang paling banyak itu masalah kuliner. UKM yang pertama pandemi itu terdampak adalah kuliner, makanan dan minuman. Kita kemudian muncul ide untuk membantu bahan baku mereka. Kita lakukan monitoring, dan ternyatan bantuan itu sangat bermanfaat bagi mereka,” jelas Ema.
Menurut Ema, berbagai upaya juga coba dilakukan pihaknya untuk mendukung usaha pelaku UMKM itu tetap berjalan. Salah satunya, dengan membuka jalan pemasaran secara online dan kemudian diinisiasi program UKM Virtual Expo. Melalui UVO itu, kemudian dibuat klaster berdasarkan jenis usaha dan dipasarkan secara online.
”Dengan UVO itu, Alhamdulillah UKM mulai bergairah sedikit-sedikit. Yang ikut mulai terasa naik penjualannya. UVO itu kemudian menjadi andalan kita untuk membantu UMK bergerak lagi, dan kami juga bekerja sama dengan e-commerce untuk mendaftarkan UMK bisa berjualan di sana,” ujarnya.
Dari sejumlah upaya yang dilakukan untuk membantu pelaku UMKM bangkit di tengah hantaman pandemi, sedikit tapi pasti pelaku UMKM mulai bisa memulihkan usahanya. Sehingga, UMKM terus didorong untuk berjuang menumbuhkan usahanya dengan lebih mengedepankan konsep digital market.
”Mau engga mau, digital pemasaran ini menjadi sangat penting bagi temen-temen UKM. Sepanjang 2021 kemarin, kita juga terus memberikan pendampingan kepada temen-temen UKM untuk jualan online. Ternyata di luar dugaan kita, yang ikut itu sangat banyak. Animo temen-temen itu luar biasa,” pungkasnya. (bud)