Semarang, Idola 92.6 FM – Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle atau perombakan kabinet Indonesia Maju. Kemarin Rabu 15 Juni 2022, setelah diumumkan, Presiden langsung melantik dua menteri dan tiga wakil menteri hasil reshuffle Kabinet di Istana Negara, Jakarta.
Dua orang yang dilantik menjadi menteri adalah Ketum PAN Zulkifli Hasan sebagai Menteri Perdagangan dan mantan Panglima TNI Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
Sementara itu, tiga wakil menteri yang dilantik yakni Sekretaris Dewan Pembina PSI Raja Juli Antoni sebagai Wamen ATR/BPN. Kemudian John Wampi Watipo sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) dan Sekjen PBB Afriansyah Noor sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker).
Sejumlah kalangan menilai, reshuffle kabinet ini sangat kental dengan unsur politis. Terutama terkait dengan penunjukan Zulkifli Hasan dan Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Lantas, ketika tahun pemilu semakin dekat dan Presiden merombak kabinet, sehingga memicu banyak spekulasi. Maka, apakah urgensi kinerja menteri yang menjadi memotivasi, atau untuk tujuan konsolidasi?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Suko Widodo (Pakar komunikasi politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya), Tauhid Ahmad (Direktur Eksekutif INDEF), dan Ray Rangkuti (Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: