Semarang, Idola 92,6 FM – Direktorat Jenderal Migas berkomitmen mendorong transisi energi menuju energi yang bersih dan ramah lingkungan, melalui pemanfaatan bahan bakar gas (BBG). Salah satunya pengoperasian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Penggaron, dan SPBG Mangkang di Kota Semarang.
Dirjen Migas Tutuka Ariadji mengatakan beroperasinya SPBG di Penggaron dan Mangkang, merupakan bagian dari pemanfaatan dan perluasan gas bumi menuju Kota Semarang yang ramah lingkungan. Pernyataan itu dikatakan di sela pembukaan SPBG Penggaron, kemarin.
Tutuka menjelaskan sesuai dengan amanat Presidensi G20, maka Indonesia fokus pada tiga sektor pembangunan dan salah satunya adalah transisi energi Berkelanjutan. Untuk memastikan pembangunan masa depan yang berkelanjutan dan menangani perubahan iklim secara nyata, Presidensi G20 Indonesia mendorong transisi energi menuju energi bersih dan ramah lingkungan. Yakni dengan mengedepankan keamanan ketersediaan energi, aksesibilitas dan keterjangkauan.
Menurutnya, energi gas layak menjadi energi transisi menuju energi bersih karena ketersediaannya mencukupi.
“Pemanfaatan bahan bakar gas, diharapkan dapat menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik dan mengurangi impor serta menurunkan nilai subsidi BBM. Dalam rangka mendorong percepatan pencapaian sasaran kebijakan energi nasional yang salah satunya adalah pengelolaan gas untuk kemandirian, dan mendukung kegiatan ekonomi nasional khususnya terkait dengan pemanfaatan BBG untuk transportasi jalan maka pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas untuk Transportasi Jalan serta perubahannya yaitu Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2015,” kata Tutuka.
Pemanfaatan energi listrik untuk transportasi jalan khususnya untuk kendaraan besar (bus/truk logistik) di mana teknologi baterai belum akan dikembangkan dalam waktu dekat. Sedangkan infrastruktur gas untuk transportasi jalan telah terbangun sebanyak 57 SPBG/MRU yang tersebar di beberapa provinsi di wilayah Indonesia dan tidak semuanya dapat terutilisasi dengan baik karena rendahnya pengguna kendaraan BBG. Hal tersebut merupakan potensi bagi kendaraan besar dapat dilakukan diversifikasi dari BBM ke BBG.
Salah satu inisiatif Kementerian ESDM terkait pemanfaatan BBG untuk transportasi jalan tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 47.K/HK.04/MEM.M/2021 tentang Peta Jalan (Roadmap) Pemanfaatan Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan. Pembangunan dan pengoperasian 3 SPBG yang ada di Semarang merupakan bentuk komitmen dan kerja sama dari Kementerian ESDM, Pertamina Group dan Pemerintah Kota Semarang untuk menginisiasi terciptanya ekosistem kota yang ramah lingkungan. “Saat ini SPBG Kaligawe (diresmikan tahun 2021), SPBG Mangkang dan SPBG Penggaron siap untuk dioperasikan,” kata Tutuka.
Sementara itu, Sekjen Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mendukung pengoperasian SPBG di Kota Semarang. Hal itu, sesuai dengan komitmen Indonesia mendukung pengembangan energi yang ramah lingkungan.
“Bapak Presiden Joko Widodo telah menandatangani Paris Agreement pada tahun 2016 di New York, dan Indonesia berkomitmen mengurangi gas rumah kaca. Pada COP Glaslow disepakati Indonesia akan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Ini merupakan bagian dari upaya tersebut,” ujar Djoko.
CEO Subholding Gas Pertamina PGN Haryo Yunianto menyatakan kesiapannya, untuk mengoperasikan ketiga SPBG tersebut.
“Subholding Gas siap mengoperasikan SPBG Mangkang, Penggaron, serta Kaligawe untuk mendukung program konversi BBM ke BBG. Jika pemanfaatan gas bumi di Semarang berjalan optimum, Semarang bisa menjadi role model pemanfaatan gas bumi bagi daerah-daerah lain,” ucap Haryo. (Bud)