Semarang, Idola 92.6 FM – Hari ini, 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini. Kartini merupakan salah satu pahlawan bangsa yang mengantarkan kaum Perempuan dari lorong gelap keterpurukan atas dominasi tradisi dan patriarki. Warisan penting pemikiran serta gagasan besar Kartini tertuang dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”
Salah satu pemikiran penting yang ditulis oleh R.A. Kartini kepada Nyonya Abendanon pada 21 Januari 1901, berbunyi;
”Dari perempuanlah manusia pertama kali menerima pendidikan.. dan makin lama makin jelas bagiku bahwa pendidikan yang pertama kali itu bukan tanpa arti bagi seluruh kehidupan. Dan bagaimana ibu-ibu boemi poetra dapat mendidik anak-anaknya jika mereka sendiri tidak berpendidikan..? Bukan untuk perempuan saja, tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia, pengajaran kepada anak-anak perempuan akan merupakan rahmat.” (Sejarah Perempuan Indonesia –Cora Vreede-De Stuers).
Jadi inti kegelisahannya: bagaimana ibu-ibu dapat mendidik kalau mereka sendiri tidak berpendidikan? Nah, kini ketika ibu-ibu sudah berpendidikan, apakah berarti cita-cita Kartini sudah terwujud? Sudahkah ibu-ibu secara umum memandang bahwa pendidikan yang pertama itu begitu menentukan, ketika saat ini justru banyak ibu-ibu yang malah menitipkan pendidikan anaknya kepada asisten rumah tangga (ART)?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini/ radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Lenny N. Rosalin, SE, MSc, MFin (Deputi Menteri PPPA Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) dan Prof Euis Sunarti (Guru Besar Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga IPB University). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: