Menyoroti Polemik Istimewanya Nomor Seri Uang Mahar Pernikahan Kaesang dan Erina Gudono

Uang Mahar
Uang Mahar Pernikahan Kaesang dan Erina Gudono. (Photo/ISTIMEWA)

Semarang, Idola 92.6 FM – Pernikahan putra presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dan Erina Gudono beberapa waktu lalu telah dilangsungkan dengan lancar dan sukses. Meski pernikahan mereka sudah berlangsung tetapi makna mahar milik Kaesang dan Erina menyita perhatian publik.

Selain logam emas yang mewakili tanggal pernikahan, rupanya nomor seri Uang Mahar Kaesang dan Erina juga memiliki makna tersembunyi di baliknya. Begitu langka, uang Rp300 ribu dalam frame emas tersebut tampak dibuat khusus oleh Bank Indonesia.

Mahar berupa tiga pecahan uang Rp 100.000 dan empat emas batangan memiliki nomor seri dan ukuran yang bermakna untuk kedua mempelai. Nomor seri pada tiga lembar uang Rp 100.000, misalnya; ialah KSE 10122022 yang bermakna inisial nama Kaesang dan Erina serta tanggal pernikahan mereka 10 Desember 2022. Kemudian, nomor seri ESG 111296 dan KSP 251294 yang masing-masing bermakna inisial nama Erina Sofia Gudono beserta tanggal lahirnya 11 Desember 1996 dan inisial Kaesang Pangarep beserta tanggal lahirnya 25 Desember 1994.

Hal itu pun kemudian mendapat sorotan publik dan memicu kegaduhan. Salah satunya diungkapkan oleh pengamat ekonomi Anthony Budiawan. Menurutnya, kebijakan BI yang mencetak nomor seri khusus, mengindikasikan kalau BI tidak lagi murni independen, tetapi berada di bawah eksekutif. Ia menyebut, uang mahar Kaesang Pangarep yang memiliki nomor seri unik ini, bisa membuat sistem moneter Indonesia terancam.

Lantas, menyoroti polemik nomor seri uang mahar pernikahan Kaesang Pangarep yang memicu kegaduhan, benarkah, hal itu bisa dibaca sebagai tidak independennya Bank Indonesia, bahkan disebut menempatkan BI di bawah Pemerintah? Apakah hal itu juga dapat berisiko menimbulkan kerentanan pada moneter kita?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Anthony Budiawan (Ekonom/ Direktur Political Economy and Policy Studies (PEPS)) dan Piter Abdullah (Pakar Moneter dan Perbankan /Direktur Eksekutif Segara Institute). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaDesa Berdikari Energi Akan Terus Dikembangkan Pertamina di Masa Mendatang
Artikel selanjutnyaMengenal Gugus Penjaminan Mutu LPPM UNNES bersama Prof Dr Wara Dyah Pita Rengga