“The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn”
(Orang yang buta huruf pada abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa mempraktikkan learn, unlearn, dan relearn)
Semarang, Idola 92.6 FM – Ini merupakan pernyataan dari Alvin Toffler, seorang penulis dan filsuf, yang dikutip oleh Forbes.
Sebenarnya, apa itu learn, unlearn, dan relearn? Mengapa ia begitu penting di zaman sekarang?
Learn, unlearn, dan relearn adalah sebuah konsep atau proses belajar. Konsep ini hadir sebagai tuntutan perkembangan zaman. Dengan teknologi yang terus berkembang, perubahan tentu tak bisa dihindari. Ini membuat kita harus selalu belajar hal-hal yang baru.
Selain karena perkembangan teknologi, konsep ini juga bisa digunakan saat apa yang kita ketahui ternyata kurang benar. Akhirnya, kita perlu belajar versi lain, atau berdasarkan riset terkini yang lebih tepat.
Nah, soal kemampuan learn, unlearn, dan relearn yang disebut oleh Alvin Toffler sebagai tolok ukur apakah seseorang termasuk buta huruf pada abad ke-21, atau tidak, berikut ini selengkapnya wawancara radio Idola Semarang bersama Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro. (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: