Semarang, Idola 92,6 FM – Kerajinan alat musik bambu produksi Kabupaten Purbalingga, semakin diminati masyarakat dan diburu calon konsumen. Sebelumnya, produksi alat musik bambu mengalami penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19.
Perajin alat musik bambu di Purbalingga, Tetra Febri Riyanto mengatakan saat pandemi terjadi kemarin diakuinya terjadi penurunan permintaan. Bahkan, nyaris tidak ada pemasukan. Hal itu dikatakan saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Purbalingga Wetan, baru-baru ini.
Tetra menjelaskan, seiring waktu berjalan dan pandemi mulai bisa tertangani itu permintaan akan alat musik bambu juga kembali bergairah. Terlebih lagi, saat dirinya mulai memasarkan dan mengenalkan melalui media sosialkan serta dipasarkan secara online.
Menurutnya, permintaan mulai datang dari sejumlah daerah di Indonesia dan terutama di wilayah Jawa Tengah.
“Produksi alat musik bambu, utamanya kentongan. Kentongan ini salah satu alat musik khas Banyumasan. Ini buat kesenian tradisional, biasanya banyak dipakai untuk hajatan. Dan biasanya setiap tahun di Eks Karesidenan Banyumas ada festival kentongan,” kata Tetra.
Lebih lanjut Tetra menjelaskan, untuk membuat alat musik bambu tidak mudah meski bahan bakunya mudah didapat. Untuk menghasilkan bambu yang berkualitas itu, maka prosesnya membutuhkan waktu lama.
“Bahan bakunya kita cari di sekitaran Purbalingga, setelah dapat kita baru tebang disimpan atau diendapkan satu sampai dua tahun bahan bakunya. Jadi tidak langsung diolah,” jelas Tetra.
Menurutnya, alat musik bambu yang dibuatnya itu di antaranya adalah anglung dan kentongan serta gambang maupun bedug celo. Satu set alat musik bambu itu, dibanderol dengan harga rerata Rp5 juta. (Bud)