Semarang, Idola 92,6 FM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah menyebut, laju inflasi tahun ini di atas ambang batas yang telah ditetapkan pemerintah. Target inflasi Jateng seharusnya tiga persen atau plus minus satu persen, namun saat ini sudah di angka lima persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan inflasi terjadi karena dipengaruhi faktor internal dan eksternal, terutama untuk produk pangan atau konsumsi. Pernyataan itu dikatakan di sela acara Pusaka Jateng di Hotel Tentrem Semarang, Rabu (3/8).
Rahmat menjelaskan, untuk faktor eksternal selain karena perang Rusia vs Ukraina juga karena beberapa negara membatasi ekspor produk pangan global sehingga memberikan tekanan terhadap inflasi di dalam negeri.
Menurut Rahmat, beberapa risiko peningkatan inflasi secara inflasi adalah pencabutan subsidi minyak goreng curah pada 31 Mei 2022 kemarin dan pencabutan subsidi pupuk per 1 Juli 2022 serta krisis energi global
untuk inflasi penanggulangannya dengan peningkatan produktivitas dari produk pangan yang dibutuhkan masyarakat.
Oleh karena itu, inflasi tahun ini diperkirakan lebih tinggi dari batas atas atau target yang ditetapkan.
“Kita bekerja sama dengan provinsi dengan OPD terkait, yang pertama tentunya mengamankan distribusi. Bahwa memang kemungkinan besar kita batas atas, bahkan mungkin sedikit melebihi batas atas target. Secara YoY itu 5,45 persen, jadi sudah melampaui batas atas,” kata Rahmat.
Lebih lanjut berharap, untuk pasokan dan harga komoditas bisa terjaga sampai dengan akhir tahun mendatang. Terutama untuk beras dan holtikultura lainnya, serta daya beli masyarakat dan keyakinan konsumen masih tinggi.
“Untuk menekan laju inflasi, tentunya pemerintah tidak akan menaikkan harga Pertalite dan elpiji tiga kilogram serta tarif dasar listrik. Mudah-mudahan ini akan menjadi penahan dan pencegahan dari risiko inflasi,” pungkasnya. (Bud)