Klaten, Idola 92,6 FM – Sorakan dan teriakan gembira keluar dari mulut anak-anak hingga orang tua, saat bersama-sama panen kolam ikan yang dikelola pemuda Desa Tijayan di Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten. Baju penuh lumpur, bahkan wajah tak luput dari cipratan lumpur tidak dihiraukan masyarakat desa. Mereka asyik memanen ikan lele, yang telah dipelihara di tiga kolam selama lebih dari tiga bulan.
Ikan lele dengan ukuran sedang yang berhasil ditangkap, langsung dimasukkan ke drum plastik. Sebagian warga menangkap menggunakan jaring saat air masih penuh, dan sebagian lainnya menangkap menggunakan alat seadanya ketika air mulai surut. Anak-anak tampak senang bisa menangkap ikan lele, karena air sudah surut dan menyisakan endapan lumpur.
Ketua Taruna Karya Desa Tijayan, Sunardi mengatakan ada tujuh orang yang ikut mengelola lima kolam ikan di dekat embung. Tiga kolam berisi ikan lele, dan dua kolam lainnya berisi ikan nila dan bawal.
Sunardi menjelaskan, dari tujuh orang itu sudah dibagi tugasnya masing-masing mulai dari pagi hari hingga malam hari.
”Aktivitasnya kalau pagi itu mengontrol air dan memberi makan ikan. Kalau pakan ikan kita beri sehari tiga kali, sedangkan cek air biasanya kita lakukan sehabis hujan turun. Biasanya Ph-nya tinggi dan harus ditabur garam,” kata Sunardi.
Sunardi menjelaskan, kolam-kolam ikan lele yang sudah masuk masa panen itu ramai-ramai dikuras bersama warga. Kegiatan kuras kolam ikan itu, merupakan momen yang ditunggu masyarakat.
”Dulu kita tabur benih sekitar 80 kilo, dan biasanya saat dipanen hasilnya bisa tiga kali lipat. Ya antara 2-2,5 kuintal,” ujarnya.
Menurutnya, ikan-ikan yang sudah dipanen itu diutamakan dibeli masyarakat sebagai konsumsi harian. Apabila seluruh warga telah kebagian dan masih ada sisa banyak ikan, maka akan ada pemborong yang datang membelinya. Biasanya, pembeli yang datang merupakan pemilik warung makan penyetan.
”Yang kita utamakan adalah warga sekitar, kalau tidak habis ada pemborong yang datang. Kita sudah promosikan lewat medsos. Kalau soal harga, kita jualnya Rp20 ribu sampai Rp22 ribu sekilonya di bawah harga pasaran,” jelas Sunardi.
Salah satu warga di Desa Tijayan, Jimin mengaku senang bisa memeroleh ikan lele sebanyak satu kilogram. Ikan lele itu bisa diolah istrinya, dan untuk konsumsi makan selama dua hari ke depan bersama keluarga besarnya.
”Kalau pas panen ya biasanya saya beli, ya sekilo atau berapa sebutuhnya. Ya buat konsumsi sendiri,” ucapnya.
Sunardi melanjutkan bercerita, bahwa pengelolaan kolam ikan baru berlangsung setahun belakangan ini. Yakni saat pandemi di wilayah Klaten cukup tinggi kasusnya, dan warga desa diminta bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Sehingga, pemuda desa berinisiatif membudidayakan ikan untuk bisa dijadikan konsumsi masyarakat di samping produk pangan lainnya.
Bagi sunardi dan kawan-kawan, kegiatan yang baru digeluti untuk mampu menopang kebutuhan pangan warga Desa Tijayan tidak langsung mudah dan sukses. Banyak kendala yang dihadapi, dan salah satu yang menjadi pukulan telak adalah gagalnya budi daya ikan padahal baru saja ditabur.
”Yang pertama itu dua kolam prediksi hampir tiga kuintal itu jebol, habis dalam semalam. Dulu kan kolamnya masih berupa tanah, jadi pondasi bawahnya itu tahu-tahu jebol,” ujar Sunardi sambil tertawa mengenang kejadian tersebut.
Lebih lanjut Sunardi menyebut, kendala saat ini yang dihadapi adalah soal mahalnya pakan ikan lele. Sehingga, pihaknya harus mencari alternatif lain sebagai pakan selain pelet.
Sementara itu Kades Tijayan, Joko Lasono menyatakan bahwa desanya saat ini sudah mulai berbenah dan menjadi desa berkembang. Sebelumnya, puluhan tahun yang lalu desanya masuk kategori desa miskin di wilayah Klaten.
Desa yang terletak kurang lebih 17 kilometer dari Gunung Merapi itu, bisa dikatakan masih jauh dari kata sejahtera. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh tani, dan banyak rumah penduduk masuk kategori rumah tidak layak huni.
”Sudah puluhan tahun menjadi desa miskin, sekarang jadi desa berkembang. Yang jelas ekonomi masyarakat sudah berbeda dibanding beberapa tahun yang lalu. Rumah sudah bisa dibilang baiklah, dan kita juga sudah buatkan MCK, jambanisasi di rumah-rumah warga. Ya boleh dibilang kondisinya sudah jauh lebih baik,” papar Joko.
Menurut Joko, dirinya bersama perangkat desa terus berupaya mengangkat ekonomi masyarakat untuk bisa mandiri dalam pemenuhan pangan sehari-hari. Tidak hanya dari kolam ikan saja, tetapi juga melalui peternakan bebek.
”Sekarang tidak hanya kolam ikan saja, tapi sudah ada ternak bebek dan ayam. Sentra peternakan bebek di desa kita juga berkembang cukup baik. Telur yang dihasilkan itu hampir ribuan setiap bertelur,” ujarnya.
Terpisah Kepala Disnakertrans Jateng Sakina Roselasari menyatakan, pihaknya memberikan bantuan padat karya produktif kepada desa yang masuk kategori zona merah atau kategori miskin. Bantuan pemberdayaan masyarakat diberikan sejak 2020, dengan pendampingan budi daya ikan lele dan ternak bebek petelur.
”Ini bantuan dalam rangka pemberdayaan untuk daerah yang waktu itu masuk merah, kategori miskin. Kami terjun sesuai dengan arahan bapak gubernur, satu OPD satu desa binaan. Kita berikan bantuan pemberdayaan budi daya ikan. Kita bantu dari benih ikannya, pelatihannya dan pakan ikannya,” jelas Sakina.
Menurut Sakina, pada awal pendampingan pemberdayaan warga di Desa Tijayan itu pihaknya memberikan 20 ribu benih ikan lele untuk dibudidayakan di lima kolam. Kemudian juga ada 500 ekor bebek petelur yang dibagikan di desa tersebut, dan saat ini sudah mulai terlihat hasil baiknya.
Sakina menyebutkan setahun dilakukan pendampingan, budi daya ikan lele mulai berkembang dan telah beberapa kali dilakukan panen cukup melimpah. Termasuk bebek petelur, juga telah bertambah jumlahnya.
”Setelah kita lakukan pembinaan dan pedampingan pada 2020, dan di 2021 Alhamdulillah sudah hijau. Tidak lagi masuk desa miskin. Kita coba terus tingkatkan lagi pendampingan kepada warga tidak hanya budi daya ikan, tapi juga kerajinan tangan dan boga,” jelasnya.
Sakina berharap, Desa Tijayan yang telah dilakukan pemberdayaan dan pendampingan itu bisa mengelola dengan baik budi daya ikan maupun bebek petelur. Sehingga, mampu memberikan manfaat dan menyejahterakan masyarakat serta mengangkat desa lebih mandiri dari sektor pangan dan meningkatkan perekonomian. (Bud)