Semarang, Idola 92,6 FM – BPS Jawa Tengah mencatat, inflasi pada Juni 2022 mencapai 0,85 persen dan merupakan inflasi tertinggi kedua setelah April 2022 kemarin. Secara year on year, di Jateng terjadi inflasi sebesar 4,97 persen.
Kepala BPS Jateng Adhi Wiriana mengatakan inflasi pada Juni 2022 disebabkan naiknya harga sejumlah komoditas di antaranya adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan telur ayam ras. Kelompok makanan, minuman dan tembakau juga memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,55 persen disusul kelompok transportasi sebesar 0,11 persen. Pernyataan itu dikatakan melalui siaran pers lewat kanal YouTube, Jumat (1/7).
Adhi menjelaskan, inflasi pada Juni 2022 dianggap lain daripada periode tahun-tahun sebelumnya. Padahal, pada Juni 2021 di Jateng terjadi deflasi sebesar 0,17 persen. Sehingga, kondisi tersebut harus menjadi perhatian semua pihak karena terjadi inflasi cukup tinggi di Juni 2022.
Menurutnya, inflasi pada Juni 2022 menjadi yang tertinggi kedua pada tahun ini setelah April mengalami inflasi sebesar 1,07 persen.
“Angka ini jauh lebih tinggi, atau lebih tinggi sedikit dibandingkan nasional. Inflasi nasional pada bulan Juni hanya mencapai 0,61 persen. Dan kelihatan, ini merupakan salah satu tanda-tanda bahwa ke depan sesuai dengan berita yang kita lihat akan ada kemungkinan terjadi stagflasi atau inflasi cukup tinggi yang akan bertahan akibat dampak perang di Ukraina dan Rusia. Kelihatan juga inflasi tahun ke tahun di Jawa Tengah sudah mencapai 4,97 persen,” kata Adhi.
Lebih lanjut Adhi meminta pemerintah dan stakeholder terkait, untuk bisa mengendalikan harga dan laju inflasi pada tahun ini. Sebab, beberapa daerah yang dilakukan survei laju inflasinya rerata cukup tinggi. Semisal Kota Semarang secara year on year sudah mencapai 4,30 persen, sedangkan Kota Surakarta mencapai 6,51 persen.
“Ini butuh kerja sama kita semua, bagaimana menurunkan laju inflasi di kota-kota tersebut,” pungkasnya. (Bud)