Semarang, Idola 92.6 FM – Gempa bumi ber-magnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur Barat Senin (21/11) lalu. Hingga Selasa (22/11), tercatat lebih dari 200 orang meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan saat gempa terjadi.
Ilmuwan gempa melihat, gempa di Cianjur kemarin sesungguhnya bukan tergolong gempa besar, apabila dilihat dari kekuatannya yang ber-magnitudo 5,6. Namun, mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang massif, sampai timbulnya ratusan korban jiwa.
Dari sisi daerah kerentanan, Cianjur sesungguhnya memiliki riwayat panjang dengan gempa bumi. Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), deretan sejarah gempa bumi yang merusak di Sukabumi-Cianjur, Jawa Barat terjadi sejak tahun 1844. Sejak tahun 1844 hingga 2022 telah terjadi 14 kali gempa yang merusak.
Rentetan bencana termasuk gempa bumi, sejatinya terjadi akibat faktor letak geografis Indonesia yang dikelilingi ring of fire atau cincin api. Data United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) menyatakan, Indonesia sebagai negara paling rawan terhadap bencana. Namun ironisnya, fakta ini tidak didukung dengan literasi kebencanaan warganya yang memadai. Data yang dirilis Word’s Most Literate Nation (2006) menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei.Hal ini pun semakin menjauhkan panggang dari api dalam mewujudkan masyarakat tangguh bencana.
Lalu, belajar dari gempa Cianjur, bagaimana mestinya mitigasi yang dilakukan Pemerintah—mengingat kita merupakan negeri yang berada di ring of fire (cincin api) sehingga rentan terhadap ancaman gempa? Literasi seperti apa saja yang mestinya ditanamkan kepada generasi muda—belajar dari Jepang? Di sisi lain, bagaimana mestinya penataan ruang dan kaidah pembangunan di setiap daerah yang dipetakan rawan terhadap kegempaan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Dr. Avianto Amri, ST, MRes (Ketua Umum Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia/ Direktur Utama PREDIKT) dan Dr Irwan Meilano (Ahli Geodesi dan Gempa Bumi dari Institut Teknologi Bandung (ITB)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: