Semarang, Idola 92.6 FM – Beberapa waktu lalu, Ruswandi Y. Karlsen, seorang Early Chilhood Educator atau Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) membagikan pengalamannya tentang pendidikan PAUD di Norwegia melalui akun twitternya: @rykarlsen.
Beberapa tahun lalu, ada orang tua murid (kebetulan dari Asia) yang marah karena anaknya sudah berumur 5 tahun tapi belum bisa calistung (membaca, menulis & berhitung). Maka, ia mengajak orangtua tersebut berdiskusi, bahwa fokus pendidikan 5 tahun pertama anak di Norwegia adalah social skills. Tidak ada kewajiban untuk bisa membaca saat di TK.
Social skills yang dimaksud misalnya adalah kemampuan antre, self-love, jujur, anti kekerasan, empati, tidak menyalahkan orang lain, berani berpendapat, menerima perbedaan, menghargai privasi siapa pun, memaafkan, dan lain-lain. Social skills itu merupakan “fondasi” penting hidup anak saat nanti masuk dalam kehidupan masyarakat.
Hasil riset Universitas Regensburg Jerman dan Universitas Otago Selandia Baru pada 2013 menyebutkan, anak yang belajar membaca setelah umur 5 tahun tidak menemukan masalah dalam kemampuan membaca dibanding anak yang sudah bisa membaca sebelum umur 5 tahun.
Dari cerita yang dibagikan oleh Ruswandi Y. Karlsen itu, kita semakin memahami bahwa pada 5 tahun pertama kehidupan anak adalah fase paling penting dalam pertumbuhan otak anak. Dan, ita ketahui, selama 5 tahun pertama, keluarga merupakan fondasi awal tumbuh-kembang anak. Ibaratnya, keluarga adalah madrasah pertama bagi peradaban sebuah bangsa.
Maka, dalam momentum merefleksi hari Ibu yang jatuh 22 Desember hari ini, bagaimana membangun kesadaran warga bahwa keluarga adalah pendidikan pertama—bagi proses tumbuh kembang anak? Ketika pada 5 tahun pertama kehidupan anak adalah fase paling penting dalam pertumbuhan otak anak, lalu, apa yang mesti dilakukan oleh para orangtua? Sudahkah orangtua dan para ibu memahaminya? Pembekalan apa saja yang mestinya diberikan kepada para calon ibu menjelang menikah?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Muhammad Hasbi (Direktur Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbudristek RI); Ratna Megawangi, Ph.D (Dosen IPB dan Pendiri Indonesia Heritage Foundation); dan Prof Dr Ki Supriyoko MPd (Direktur Pascasarjana Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta dan Pembina Pesantren Ar Raudhah kecamatan Turi kabupaten Sleman Yogyakarta). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: