Semarang, Idola 92,6 FM – BPS Jawa Tengah mencatat, pada September 2020 jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 4,12 juta jiwa karena wabah pandemi COVID-19. Hal itu terjadi, lantaran semakin tingginya biaya kebutuhan di masa pandemi dan berkurangnya pendapatan masyarakat.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengatakan penduduk miskin di provinsi ini bertambah 139,03 ribu menjadi 4,12 juta jiwa, dan pertambahan jumlah penduduk miskin di Jateng menjadi yang terbesar ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur.
Sentot menjelaskan, selama Maret-September 2020 sejak merebaknya pandemi terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin di Jateng. Penduduk miskin Jateng mengalami kenaikan 0,43 persen, menjadi 11,84 persen.
Menurutnya, pertambahan penduduk miskin di wilayah perkotaan naik 10,57 persen pada September 2020 padahal sebelumnya hanya 10,09 persen di Maret 2020. Sementara penduduk miskin di wilayah perdesaan, naik 13,20 persen di September 2020 dari sebelumnya 12,80 persen pada Maret 2020.
“Artinya bahwa peluang ini akan bisa memperlebar atau memperbesar garis kedalaman kemiskinan, dan juga tingkat kemiskinan itu sendiri. Garis kemiskinan bulan September 2020 meningkat sebesar 0,78 persen dibanding garis kemiskinan pada bulan Maret tahun 2020. Dengan fenomena-fenomen tersebut, maka kita bisa menghitung bahwa garis kemiskinan per kapita per bulan di Jawa Tengah mencapai Rp398.477,” kata Sentot, kemarin.
Lebih lanjut Sentot menjelaskan, ada sejumlah sektor yang memengaruhi penambahan jumlah penduduk miskin di Jateng. Beberapa sektor itu di antaranya adalah peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan lebih besar dibanding perumahan, sandang maupun pendidikan dan kesehatan.
“Sumbangan garis kemiskinan dari sektor makanan pada September 2020, tercatat sebesar 74,46 persen. Hampir sama kondisinya dengan Maret 2020 yang mencapai 74,38 persen. Kemudian disusul perumahan, bahan bakar, listrik dan pendidikan,” pungkasnya. (Bud)