Semarang, Idola 92,6 FM – Peternak sapi potong mengakui, mahalnya harga daging sapi saat ini karena terpengaruh naiknya harga pakan ternak. Akibatnya, harga daging sapi di tingkat penggemukan harus menyesuaikan dengan biaya produksi.
Ketua Asosiasi Peternak Sapi Potong Indonesia Suparno mengatakan ada beberapa komponen yang ikut menentukan harga daging sapi, dan di antaranya adalah biaya produksi untuk proses penggemukan. Salah satu komponennya adalah pakan ternak, yang meliputi nutrisi atau konsentrat dan juga pakan sapi pendamping.
Suparno menjelaskan, dari sisi pakan memang diketahui ada kenaikan harga pakan konsentrat merek tertentu. Biasanya, harga pakan konsentrat itu sekira Rp120 ribu per kilogram sekarang menjadi Rp180 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram.
Menurutnya, karena harga pakan konsentrat yang mengalami peningkatan itu mengakibatkan daging sapi potong turut terdongkrak. Untuk saat ini, rerata harga timbang hidup sapi sebesar Rp46 ribu per kilogram.
“Biaya produksi sapi ini karena pakan terutama yang paling dominan. Nutrisi sapi itu ada konsentrat ditambah hijauan, itu komposisinya. Rate rata-rata gambarannya satu ekor sapi itu membutuhkan pakan kurang lebih Rp25 ribu-Rp30 ribu per hari dan itu belum hijauannya yang berupa rumput julur. Untuk masa penggemukan sapi itu butuh waktu antara 3-4 bulan, dan baru bisa dipotong. Jadi, tinggal dihitung saja biaya produksinya,” kata Suparno, Kamis (21/1).
Lebih lanjut Suparno menjelaskan, kenaikan harga daging sapi potong juga ada pengaruhnya dengan pasokan sapi impor terhambat karena pandemi. Sebab, kran impor sapi dari Australia juga belum dibuka pemerintah.
“Ini ada keterlambatan impor sapi dari Australia untuk jenis Bharman Crossing atau sapi BX. Memang sapi impor ini harganya lebih murah dari sapi lokal,” pungkasnya. (Bud)