Semarang, Idola 92.6 FM – Literasi digital menjadi salah satu pilar penting pendidikan masa kini. Selain memampukan siswa belajar jarak jauh selama Pandemi Covid-19, keterampilan digital juga dapat mendorong produktivitas publik dan menjadi keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.
Selain itu, peningkatan literasi digital juga sudah semakin mendesak karena penggunaan internet dan gawai di Indonesia tergolong tinggi. Ada 202,6 juta pengguna internet di Indonesia dan 170 juta pengguna aktif di media sosial, dengan durasi penggunaan gawai rata-rata 8 jam 52 menit.
Mendikbudristek Nadiem Makarim di tengah peringatan Hari Aksara Internasional menyatakan, perkembangan teknologi mesti diimbangi dengan kemampuan menangkal hoaks dan kekerasan berbasis daring. Karena itu, literasi digital perlu ditingkatkan khususnya, di pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah. Capaian belajar anak-anak tidak lagi dinilai dari ketepatan menghafal tapi dari kemampuan memahami dan mengolah informasi secara kritis.
Namun, seiring dengan upaya peningkatan literasi digital, kita dihadapkan pada sejumlah problematika dan tantangan. Antara lain: infrastruktur, belum meratanya akses internet, hingga belum tuntasnya literasi dasar sebagian besar masyarakat kita.
Lantas, ketika Pandemi Covid-19 menjadi momentum meningkatkan literasi digital, terobosan apa yang mesti dilakukan? Apa sesungguhnya problematika dan tantangan dalam meningkatkan literasi digital kita? Ketika sebagian orang juga tidak memiliki akses ke perangkat digital, bagaimana mestinya Pemerintah menjangkaunya?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Jumeri (Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbud-ristek); Indra Charismiadji (Direktur Pendidikan Vox Populi Instiute Indonesia); dan Djoko Saryono (Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang). (her/ yes/ ao)
Dengarkan podcast diskusinya: