Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah optimisme program vaksinasi yang memasuki tahap kedua dan tes lacak isolasi yang terus ditingkatkan, tiba-tiba Satgas Covid-19 mengakui rendahnya jumlah tes yang dilakukan dalam satu pekan terakhir.
Padahal, sebelumnya kita mendengar kabar, Menkes Budi Gunadi Sadikin sepakat memenuhi anjuran para juru wabah untuk melakukan pelacakan kontak erat secara masif melalui tes rapid Antigen. Tapi capaian di lapangan—masih belumlah sesuai espektasi.
Menurut laporan pemerintah, penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia pada Kamis 18 Februari lalu sebanyak 9.039 kasus baru dengan Jawa Barat sebagai provinsi dengan angka kasus harian tertinggi, sebanyak 4.420 pasien. Jika dilihat dalam kurun sepekan, jumlah konfirmasi positif harian tersebut cenderung mengalami penurunan dan angkanya beberapa kali berada di bawah 10 ribu kasus.
Juru bicara Satgas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, penurunan kasus di minggu lalu, bahkan lebih besar dari minggu sebelumnya yaitu 25 persen. Ia menyebut, penurunan ini merupakan penurunan paling drastis yang pernah terjadi dalam kurun satu minggu di masa pandemi.
Hanya saja, ada beberapa hal yang berkontribusi pada penurunan kasus harian–salah satunya penurunan jumlah testing. Pada pekan lalu terjadi penurunan jumlah testing yang sangat besar jika dibandingkan periode sebelumnya. Padahal, jumlah testing sangat mempengaruhi jumlah kasus positif baru yang dapat terjaring. Meski jumlah kasus harian mengalami penurunan, angka positivity rate di Indonesia malah mencetak rekor yang dalam sehari mencapai sekitar 40 persen padahal WHO menargetkan angka positivity rate hanya 5 persen.
Lalu, apa yang membuat jumlah tes kita “cenderung menurun” seperti diungkapkan Satgas Covid-19? Evaluasi apa yang mesti dilakukan Satgas Covid-19? Benarkah narasi kebijakan belum dimbangi dengan implementasi yang efektif di lapangan? Apa sebenarnya pokok pangkalnya –agar segera bisa diperbaiki untuk tetap menjaga optimisme pengendalian Covid-19?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni Dr Windhu Purnomo (Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya); dr Sarwoko Oetomo MMR (Wakil Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Wilayah Jateng); dan Gubernur Jawa Tengah – Ganjar Pranowo. (her/ andi odang)
Dengarkan podcast diskusinya:
Listen to 2021-02-22 Topik Idola – Dr Windhu Purnomo – Mengapa Jumlah Tes Covid-19 Cenderung Menurun di Tengah Pelacakan Kontak Erat Kasus Covid-19? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2021-02-22 Topik Idola – Dr Windhu Purnomo – Mengapa Jumlah Tes Covid-19 Cenderung Menurun di Tengah Pelacakan Kontak Erat Kasus Covid-19? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2021-02-22 Topik Idola – dr Sarwoko Oetomo MMR – Mengapa Jumlah Tes Covid-19 Cenderung Menurun di Tengah Pelacakan Kontak Erat Kasus Covid-19? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2021-02-22 Topik Idola – dr Sarwoko Oetomo MMR – Mengapa Jumlah Tes Covid-19 Cenderung Menurun di Tengah Pelacakan Kontak Erat Kasus Covid-19? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2021-02-22 Topik Idola – Ganjar Pranowo – Mengapa Jumlah Tes Covid-19 Cenderung Menurun di Tengah Pelacakan Kontak Erat Kasus Covid-19? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2021-02-22 Topik Idola – Ganjar Pranowo – Mengapa Jumlah Tes Covid-19 Cenderung Menurun di Tengah Pelacakan Kontak Erat Kasus Covid-19? byRadio Idola Semarang on hearthis.at