Semarang, Idola 92.6 FM – Karena prihatin dengan harga salak pondoh yang sangat murah, pria asal Kota Semarang ini, berkreasi membuat pie dari buah salak. Ia bahkan rela melepaskan atribut sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) di lingkungan Pemprov Jateng untuk menekuni usaha Pie Salak Djogja (PAIDJO).
Ia adalah Sulkhi Mubarok, owner PAIDJO. Keresahan muncul saat ia dan keluarga berwisata ke kota Yogyakarta. Di tengah perjalanan ia ditawari sang penjual salak pondoh dengan harga Rp5 ribu per kilogram. Meski sudah murah, Mubarok mencoba menawar ke penjual tersebut. Hasilnya, salak dilepas oleh penjual dengan harga Rp3 ribu. Di situlah, keresahan muncul. Walau resah, ia belum mempunyai ide bagaimana agar buah salak punya nilai jual.
Waktu berlalu. Ia dan keluarga liburan ke Kota Malang Jawa Timur. Dari sinilah, ide membuat pie salak mulai muncul. Malang Raya terkenal sebagai produsen apel. Dan, waktu itu sedang marak Malang Strudel sebagai oleh-oleh. Salah satu olahannya terbuat dari apel dengan kemasan bagus, premium, serta harga mahal.
Karena salah satu anggota keluarganya suka sekali dengan pie, terlecutlah ide menjadikan salak pondoh sebagai pie. Dan pada akhir tahun 2020, ia bertemu dengan teman yang kini menjadi partner bisnisnya, Zakarsih. Setelah melakukan riset, maka mulai April 2021, Mubarok mulai berjualan pie salak tersebut.
Untuk memproduksi pie, Mubarok menyerap sekitar 200 kilogram salak pondoh dari petani. Pekerjaan rumah selanjutnya adalah membuat kesan premium untuk produknya. Salah satu yang dipikirkan adalah kemasan yang cantik. Ini juga untuk mengangkat citra salak pondoh. Ternyata, produknya direspons dengan baik oleh pasar. Bahkan, pada soft opening saat bulan puasa lalu, Paidjo laris manis.
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Sulkhi Mubarok, Owner Pie Salak Djogja (PAIDJO). (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: