Blora, Idola 92.6 FM – Tergerak atas kondisi anak-anak di desanya dan ingin ikut mencerdaskan bangsa, Sriyono mendirikan kelompok bermain (KB) Gembira Ria di Desa Sendangmulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
Namun di balik proses pendirian KB Gembira Ria, ada sebuah kisah yang mengharukan. Sebelum mendirikan KB Gembira Ria, sebenarnya bercita-cita menjadi guru namun selalu gagal karena ditolak pihak sekolah.
Sriyono sudah mendatangi sejumlah sekolah dari SD hingga SMA di Blora agar diterima sebagai guru. Namun nasib berkata lain, karena ia menyandang sebagai tunadaksa, lamarannya selalu ditolak.
Lelaki kelahiran Blora, 9 Mei 1984 itu tak pantang menyerah. Di tengah penolakan itu, ia mendapat kabar baik. Pada tahun 2008, Sriyono mendengar informasi dan mencari inforasi lebih banyak tentang PAUD. Salah satunya, ia berkomunikasi dengan bidan desa. Sriyono pun mencoba mendirikan PAUD.
Bersama Lina Sulistyowati, yang kemudian menjadi istrinya pada 2009, ia menyiapkan segala hal untuk memenuhi syarat pendidikan PAUD. Dengan modal sendiri, mereka menyiapkan sarana pembelajaran. Perjuangan mereka tak mudah, karena untuk mendirikan sebuah PAUD harus mempunyai murid 21 anak.
Di tengah kesibukan mengajar, lulusan SMA Muhammadiyah Blora, D-2 Pendidikan Agama Islam STAI Muhammadiyah Blora, dan S-1 Pendidikan Agama Islam STAI Muhammadiyah Blora ini juga aktif di beberapa organisasi yakni Sekretaris Difabel Blora Mustika dan Ketua National Paralympic Commite Indonesia (NPCI) Kabupaten Blora.
Kegigihannya mendirikan dan mengembangkan KB Gembira Ria mendapat apresiasi dari kementerian Pendidikan dan kebudayaan. Pada 2019, ia mendapat penghargaan sebagai pegiat PAUD kategori Difabel.
Selengkapnya, mengenal kiprah dan aktivitas KB Gembira Ria di Desa Sendangmulyo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Sriyono, pendiri KB Gembira Ria. (yes/ her)
Dengarkan podcast wawancaranya: