Magelang, Idola 92.6 FM – Bagi Puput Setyoko, 29 tahun, jamur tak hanya mengubah hidupnya tapi juga memberi jalan rejeki bagi banyak warga. Jamur menjadi simbol harapan baru bagi masa depannya yang semula terasa kabur akibat cacat bawaan buta warna. Dia pun melabeli jamurnya dengan sebutan Jamur Borobudur.
Puput terlambat mengetahui jika dia memiliki bawaan buta warna. Dia baru menyadari setelah melamar di beberapa perusahaan, dan mengharuskan medical chek up. Di situlah, dia baru tahu kalau mengalami cacat bawaan buta warna.
Puput bercerita inspirasi untuk budidaya jamur muncul ketika ia tak menjumpai tempat budidaya jamur di dekat desanya. Apalagi selama ini, dia menyukai makanan berbahan jamur.
Ternyata alam semesta mendukung. Setelah belajar sana-sini dari beberapa tempat dan kota, Puput akhirnya berhasil dalam membudidayakan jamur, baik jamur tiram ataupun jamur kuping. Seiring berjalannya waktu, jumlah konsumen terus meningkat. Dia tak ingin sukses sendiri. Dia pun mengajak warga sekitar agar turut serta dalam budidaya jamur.
Hingga September 2021, Puput memiliki dua kumbung (rumah jamur) dengan ukuran 20m x 5m dengan jumlah satu kumbung sekitar 10 ribu baglog (baglog; wadah tanam tempat meletakkan bibit jamur). Dari hasil budidaya jamur tersebut, Puput berinteraksi dengan wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur. Para wisatawan bisa melihat tempat budidaya jamur. Selain tentu saja, bisa menikmati berbagai jenis olahan jamur.
Kini, melalui Jamur Borobudur, dia panggungkan jamur sebagai salah satu magnet wisata. Dia pun bermimpi ingin mempunyai rumah makan berbahan dasar jamur.
Selengkapnya, mengenal Puput Setyoko, pembudidaya jamur dari Borobudur Magelang, berikut wawancara radio Idola Semarang, bersamanya. (yes/ her)
Dengarkan podcast wawancaranya: