Yogyakarta, Idola 92.6 FM – Cuaca dan tanah menjadi salah satu faktor penting bagi petani ketika hendak menanam. Atas, persoalan itu, Bayu Dwi Apri Nugroho, dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menemukan inovasi baru.
Inovasi itu bernama aplikasi sensor cuaca dan tanah atau Automatic Weather Sensor (AWS). AWS berfungsi sebagai alat pengumpul data, mulai data cuaca, curah hujan, suhu, kelembapan, kekuatan angin, hingga arah mata angin. Dengan memahami cuaca yang terjadi di sekitarnya, petani akan lebih bisa menyiapkan diri, apa saja yang harus dilakukan.
Menurut Bayu yang menjabat sebagai Kepala Lab Teknik Fisika Hayati Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini, setelah data terkumpul, ia mengembangkan algoritma yang dapat membantu menerjemahkan data menjadi informasi yang mudah dipahami oleh petani. Misalnya, apakah petani perlu menunda rencana pemupukan jika besok diprediksi akan hujan. Dengan informasi seperti ini, petani bisa menghindari gagal tanam dan gagal panen.
Lulusan S-3 Agro-meteorology Iwate University Jepang ini telah beberapa kali menyempurnakan alat yang dibuat sejak tahun 2008 lalu. Dengan alat inovasi ini, Bayu berhasil meraih berbagai penghargaan. Bahkan ia meraih penghargaan Hermes Startup Award 2020 senilai 10.000 euro. Dewan juri menilai Bayu berhasil mengembangkan konsep yang memberi jalan keluar bagi petani dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Selengkapnya, mengenal aplikasi sensor cuaca dan tanah atau Automatic Weather Sensor (AWS) berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama sang inventor Bayu Dwi Apri Nugroho, dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (yes/ her)
Dengarkan podcast wawancaranya: