Semarang, Idola 92.6 FM – Melihat perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia saat ini, kita patut bersyukur meski harus tetap waspada. Fase genting gelombang kedua Pandemi bisa dikatakan telah berhasil kita lewati. Hal ini berdasarkan indikator jumlah kasus baru dan kematian yang sudah menurun drastis dari hari ke hari. Bahkan, tingkat positivity rate kita sudah di bawah standar “terkendali” yang ditetapkan WHO yaitu 5 persen.
Namun, kita melihat, hingga saat ini, belum ada satu pun negara di dunia yang berhasil keluar dari Pandemi Covid-19. Sejumlah negara pernah didaulat sukses menanggulangi pandemi tetapi beberapa waktu kemudian mereka kembali rontok oleh Covid-19. Hal itu seperti terjadi di India dan Israel.
Kasus India Israel serta negara lain yang pernah dianggap sukses menangani pandemi seharusnya menjadi pengingat atau warning bagi Indonesia. Bahwa capaian yang diperoleh sekarang masih belum stabil. Kerja belum selesai. Artinya, kondisi masih sangat rentan terhadap perubahan. Sewaktu-waktu kasus dan kematian dapat meroket kembali.
Apalagi, kalangan epidemiolog telah mewanti-wanti bahwa gelombang ketiga Covid-19 berpotensi terjadi seiring dengan pelonggaran yang diterapkan pemerintah dan mobilitas masyarakat yang meningkat. Juru wabah pun juga memprediksi gelombang ketiga diperkirakan terjadi pada Desember 2021.
Maka, kesiapsiagaan seperti apa yang mesti kita lakukan untuk mengantisipasi kemungkinan datangnya gelombang ketiga Covid-19? Haruskah menginjak rem? Atau masih boleh tetap dilonggarkan dengan berbagai catatan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr. Tri Yunis Miko Wahyono – Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI); dr. Siti Nadia Tarmizi (Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan); dan Prof Zubairi Djoerban (Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI)). (her/ yes/ ao)
Dengarkan podcast diskusinya: