Memahami Gempa Tektonik 7,4 SR di NTT bersama Pakar Rekayasa Gempa Prof Sarwidi

Prof. Dr. Sarwidi
Prof. Dr. Sarwidi Pakar Rekayasa Gempa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. (Photo dok Sarwidi)

Yogyakarta, Idola 92.6 FM – Setiap ada gempa, kita terkaget-kaget. Meski mitigasi bencana terus dilakukan oleh berbagai pihak namun kadang gempa yang terjadi di luar perkiraan. Seperti halnya gempa yang mengguncang Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa 14 Desember 2021 kemarin. Selain dirasakan oleh warga Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara, dan Lembata NTT, guncangan gempa terasa sampai di Pulau Selayar dan sebagian kota di Sulawesi Selatan.

Berdasarkan data BMKG Episenter gempabumi terletak pada koordinat 7,59 LS ; 122,24 BT , atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 km arah Barat Laut Kota Larantuka, NTT pada kedalaman 10 km. Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktifitas sesar aktif di Laut Flores. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike slip).

Gempa NTT
image/bmkg.go.id

Lalu, apa sebenarnya yang terjadi dengan gempa di NTT berkekuatan 7,4 SR? Benarkah tak terprediksi sama sekali? Upaya mitigasi seperti apa yang harus terus dilakukan agar kita tak gagap terhadap gempa yang kerap terjadi mengingat kita berada di negeri yang dikelilingi cincin api (ring of fire)?

Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Pakar Rekayasa Gempa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, pendiri Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi Sleman serta Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, Prof. Dr. Sarwidi. (har/yes/her)

Simak podcast wawancaranya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaMenggugat Kembali Ambang Batas Presiden
Artikel selanjutnyaSambut Wisatawan Saat Nataru, Pertamina Tambah Stok Avtur 29 Persen