Semarang, Idola 92.6 FM – Bencana hidrometeorologi dalam beberapa waktu terakhir menjadi ancaman warga. Mulai dari banjir, longsor, hingga banjir bandang. Longsor berawal dari tanah gerak. Jika kita tidak bisa membaca tanda-tanda alam, maka warga di sekitar lokasi rawan longsor akan panik saat bencana benar-benar terjadi.
Melihat hal ini, Tim mahasiswa jurusan Fisika Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto mengembangkan early warning system (EWS) pergerakan tanah sederhana. Tim yang terdiri dari Tito Yudatama, Ariska Pratiwi, Agung Pamilu, dan Wahyu Krisna Aji ini tergerak membuat alat tersebut karena sejumlah kabupaten di eks Karesidenan Banyumas merupakan wilayah rawan longsor.
Alat ini harganya sangat terjangkau dibanding EWS yang telah ada sebelumnya di mana harganya mencapai jutaan bahkan hingga ratusan juta.
Alat yang dirancang Tito dan teman-temannya, cukup sederhana dengan biaya antara Rp 300.000 hingga Rp 400.000. Harapannya, alat yang murah itu dapat dimanfaatkan banyak masyarakat yang tinggal di wilayah rawan longsor.
Lantas bagimana cara kerja alat deteksi dini pergerakan tanah yang dikembangkan tim mahasiswa jurusan Fisika Unsoed Purwokerto ini? Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang dengan Tito Yudatama, Mahasiswa jurusan Fisika Unsoed Purwokerto/Ketua Tim. (yes/her)
Dengarkan podcast wawancaranya:
Listen to 2021-01-26 Ngobrol Bareng – Tito Yudatama – Kembangkan Alat Deteksi Dini Pergerakan Tanah dengan sederhana byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2021-01-26 Ngobrol Bareng – Tito Yudatama – Kembangkan Alat Deteksi Dini Pergerakan Tanah dengan sederhana byRadio Idola Semarang on hearthis.at