Semarang, Idola 92,6 FM – Sejumlah pengurus dan dibantu umat di Kelenteng Tay Kak Sie Gang Lombok Semarang, menggelar ritual Tao Pekong menyambut turunnya para dewa dari kayangan. Ritual itu digelar setelah empat hari perayaan Imlek, dan diharapkan turunnya para dewa membawa keberkahan bagi manusia.
Wakil Sekretaris Yayasan Tay Kak Sie, Ivan mengatakan ritual Tao Pekong itu untuk menyambut dewa-dewa turun dari kayangan, dan biasanya dilakukan setelah perayaan Imlek. Tradisi Toa Pekong menyambut dewa turun ke bumi, setelah naik ke kayangan melaporkan tentang catatan hidup manusia.
Menurutnya, para dewa naik ke kayangan untuk melaporkan segala amal baik maupun buruk umat selama satu tahun perjalanan hidup.
Ivan menjelaskan, selama para dewa naik ke kayangan itu manusia atau umat melakukan sejumlah ritual lainnya. Yakni, membersihkan kiemsin atau rupang-rupang berupa patung dewa sebagai simbol pembersihan batin manusia memasuki tahun yang baru.
Setiap umat membawa tampah berisi kertas yang telah ditulis doa dan harapan, kemudian dibakar dan diputar di atas kepala hingga abu beterbangan.
“Bakar tampah itu sudah sejak zaman dahulu kala. Jadi, kita tradisinya seperti itu. Tradisinya bakar kertas doa itu. Istilahnya itu sarana prasarana untuk prosesi Tao Pekong turun. Isinya tentu saja doa dan pengharapan,” kata Ivan, kemarin.
Lebih lanjut Ivan menjelaskan, pada saat para dewa kembali turun ke bumi itu akan membawa berkah kepada manusia. Sehingga, diharapkan selama setahun ke depan perjalanan hidup manusia di bumi akan diselimuti kebaikan dan keselamatan.
“Nantinya juga akan dilakukan perayaan Cap Go meh setiap tanggal 15 di bulan pertama penanggalan Tionghoa, sebagai puncak perayaan Imlek. Namun, kegiatan Cap Go Meh yang biasanya dilakukan meriah dan dihadiri ratusan hingga ribuan orang akan dibatasi. Umat dan masyarakat Tionghoa lainnya, diharapkan sembahyang di rumah masing-masing karena situasi pandemi saat ini,” pungkasnya. (Bud)