Semarang, Idola 92,6 FM – Himpaudi Jawa Tengah meminta pemerintah, agar menyiapkan skenario khusus bagi anak-anak di luar usia vaksinasi jika pembelajaran tatap muka dilakukan. Sebab, hal itu dipandang penting guna menghadapi tantangan pendidikan di masa pandemi COVID-19.
Ketua Himpaudi Jateng Dedy Andriyanto mengatakan pemerintah menetapkan usia anak-anak penerima vaksin mulai 12 tahun sampai 18 tahun, sedangkan anak di bawah 12 tahun belum menjadi prioritas penerima program vaksinasi COVID-19. Pernyataan itu dikatakannya di sela webinar “Menyelamatkan Pendidikan Anak di Masa Pandemi yang digelar Akatara-Jurnalis Sahabat Anak bersama UNICEF, kemarin.
Menurut Dedy, anak-anak di bawah 12 tahun juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan vaksinasi guna melindungi diri dari paparan virus Korona. Oleh karena itu, pemerintah harus membuat skenario bagi anak-anak di luar usia penerima vaksin saat ini.
“Yang tidak boleh melompat ke SD karena banyak sekali perkembangan yang tidak sesuai dengan tahapan. Ini yang berbahaya bagi putra putri mereka. Ini yang perlu kita bersinergi. Masyarakat harus meyakini bahwa investasi terbaik kita adalah anak-anak dengan generasi yang kuat,” kata Dedy.
Sementara itu pengamat pendidikan dari UPGRIS Ngasbun Egar menambahkan, sinergi antara orang tua dengan pendidik di sekolah serta masyarakat menjadi penting di masa pandemi. Terutama, dalam upaya melindungi anak-anak di luar usia sasaran vaksinasi.
Menurutnya, diperlukan rancangan program bersama dalam kegiatan belajar mengajar yang sehat dan selamat.
“Sekarang situasinya serba gamang ya. Satu sisi kita menyadari anak-anak kita perlu sosialisasi. Bahkan, kehangatan komunikasi antara guru-siswa itu juga sangat kita harapkan. Karena kehangatan antara guru-siswa itu juga penting bagi tumbuh kembang anak, selain dengan orang tua,” ujar Egar.
Egar lebih lanjut menjelaskan, untuk jenjang pendidikan usia dini atau TK perlu diupayakan komunikasi intensif antara guru pendidik dengan orang tua melalui pertemuan-pertemuan virtual terjadwal. (Bud)