Semarang, Idola 92,6 FM – Hetero Space Solo yang resmi dibuka akan memunculkan usaha rintisan (start up) baru, dan menjadi ruang belajar bagi para pelaku UKM menuju atmosfer digital. Calon-calon pengusaha muda baru, bisa memanfaatkan Hetero Space Solo sebagai sarana belajar maupun mendapatkan informasi soal akses permodalan.
Project Leader Hetero Space Solo Bagas Atmawan mengatakan Hetero Space Solo memanfaatkan gedung bekas DPU Kota Solo, dan menghabiskan dana Rp2,2 miliar untuk proses renovasi terdiri dari perkantoran hingga maker space dan studio atau event space. Hal itu dikatakan saat ditemui usai pembukaan Hetero Space Solo, baru-baru ini.
Bagas menjelaskan, pihaknya mendatangkan mentor yang akan memberikan materi selama enam pekan pada Januari 2022 mendatang. Dari 1.600an peserta yang mendaftar, hanya dipilih 40 peserta masuk di boothcamp dan disaring kembali menjadi 20 peserta pada tahap berikutnya.
Menurut Bagas pembekalan materi yang diberikan berkaitan dengan finance, business development, public speaking dan sebagainya.
“Yang mengikuti hetero pada tahap ini, semua bisnis sudah berjalan. Jadi kita bisa nge-track mereka, dan nanti mentor akan dibagi per bidang. Jadi itu sudah engga melihat mana yang FnB dan mana yang logistik, itu akan masuk semua,” kata Bagas.
Sementara itu salah satu peserta di boothcamp Hetero Space Solo, pemilik House of Telo, Raditya Sendi mengaku senang bisa tergabung mengikuti pembekalan.
Menurut Raditya, dirinya mencoba mengimplementasikan program Presiden Joko Widodo tentang food estate atau menggalakkan swasembada pangan. Yakni, mencoba mengganti bahan baku terigu atau gandum menjadi ketela.
“Target utama pengen mengganti tepung terigu menjadi tepung singkong. Di Indonesia itu kan engga bisa ditanam, jadi 100 persen dari luar. Otomatis ini peluang yang sangat bagus. Kenapa? Karena sebetulnya tepung terigu itu bisa disubstitusi ke tepung singkong. Maka saya develop, apapun produk olahan makanan terigu itu saya akan substitusi ke tepung singkong,” ujar Raditya.
Raditya berharap, upaya yang dilakukannya itu mampu membuat Indonesia tidak lagi tergantung dengan barang impor. Sebab, bahan baku singkong cukup melimpah di Tanah Air dan bisa sebagai pengganti tepung terigu atau gandum. (Bud)